Waspada ! Fenomena Badai Magnet Melanda Indonesia : BMKG Ingatkan Masyarakat Tidak Perlu Panik
Fenomena badai magnet (geomagnetik) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)-FOTO : ANTARA-
BACA JUGA:5 Penyebab Utama Terjadinya Kecelakaan Lalulintas : Nomor 4 Sering Diabaikan !
Fenomena ini dapat mempengaruhi berbagai sistem teknologi di bumi, termasuk komunikasi satelit dan navigasi GPS.
Status badai magnet yang terekam di Observatorium Pengamatan Magnet Bumi di Tondano, Manado, dan Tuntungan, Medan (dua observatorium pengamatan magnet bumi di lintang utara).
Menunjukkan nilai indeks K maksimum K=6 dan nilai indeks A maksimum sebesar A=33.
BACA JUGA:Kiat Mengatasi Anak Tantrum di Tempat Umum: Panduan Praktis untuk Orang Tua
BACA JUGA:'Sakaratul Maut' Hadirkan Konflik Keluarga Dibalik Kengerian Khodam
Sementara itu, di observatorium pengamatan magnet bumi di Serang, Banten, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (dua observatorium pengamatan magnet bumi di lintang selatan), nilai indeks K maksimum K=5 dan nilai indeks A maksimum sebesar A=23.
Analisis BMKG tersebut mengartikan bahwa fenomena badai magnet ini akan lebih berdampak pada negara-negara yang terletak di belahan bumi utara dan selatan.
Wilayah-wilayah ini lebih rentan terhadap gangguan magnet karena posisinya yang jauh dari garis ekuator, tempat perlindungan sabuk magnetosfer lebih kuat.
Di Indonesia, yang berada di dekat garis ekuator, efek badai magnet ini jauh lebih minimal.
“Kami telah memantau dengan seksama dan memastikan bahwa dampak dari fenomena ini di wilayah Indonesia sangat kecil dan tidak perlu dikhawatirkan oleh masyarakat,” jelas Setyoajie.
BMKG terus melakukan pemantauan melalui observatorium magnet bumi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Data yang dikumpulkan dari observatorium ini menunjukkan bahwa aktivitas magnet di Indonesia masih dalam batas aman dan tidak menimbulkan ancaman serius.
Observatorium di Tondano, Manado, mencatat aktivitas magnet tertinggi pada tanggal 8 Juli 2024, namun dengan status badai magnet kecil.
Begitu juga dengan observatorium di Tuntungan, Medan, Serang, Banten, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang semuanya menunjukkan nilai indeks K dan A yang masih dalam batas wajar.