Dengan demikian, proses produksi dapat diklaim menggunakan listrik terbarukan dan melahirkan hidrogen yang ramah lingkungan atau green hydrogen dan turunan lain dalam bentuk green ammonia.
"Kami berharap, project ini mampu mendorong laju pertumbuhan perekonomian hingga menciptakan multiplier effect melalui pengembangan energi masa depan yang ramah lingkungan," kata Darmawan.
Chairman & CEO AGI Fadi Krikor menjelaskan green hydrogen merupakan energi masa depan yang harus segera dikembangkan.
Indonesia memiliki peta jalan pengembangan hydrogen yang jelas dalam mencapai target NZE. Untuk itu, pengembangan ini menjadi hal yang sangat menguntungkan kedua belah pihak.
“Komitmen pemerintah, akses terhadap energi terbarukan, stabilitas ekonomi dan politik di negara ini menjadi pertimbangan kami ketika kami memutuskan bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi,” kata Fadi.
Menurut Fadi pihaknya berencana untuk membangun Production Plant Green Hydrogen berkapasitas produksi 35.000 ton per tahun di Indonesia dan membutuhkan lahan 50 ha.
Adapun biaya investasi pembangunan infrastruktur produksi green hydrogen diperkirakan mencapai USD 400-700 juta, tergantung dari bentuk akhir green hydrogen yang akan ditransportasikan.
"Kami akan menjajaki sekitar setengah miliar dolar fasilitas baru untuk produksi hidrogen ramah lingkungan. Dan yang pasti kita membutuhkan selain air dan kita membutuhkan energi hijau dan lokasi yang tepat," kata dia.
Fadi juga menambahkan bahwa dalam proses transisi green energy yang berkelanjutan akan bermanfaat bagi Indonesia, bahkan seluruh dunia.
Fadi berharap kerja sama ini juga mampu menjadi pendorong perekonomian Indonesia ke depan.
“Indonesia menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang memproduksi dalam skala yang besar, tidak hanya akan menyediakan lapangan pekerjaan baru, tetapi juga akses terhadap teknologi baru dan juga infrastruktur di Indonesia. Kami menantikan kerja sama yang baik dengan Pemerintah Indonesia dan dengan mitra kami yang kuat, PLN,” ucap Fadi.
Sebagai mitra pengembang pabrik green ammonia dan green hydrogen, Pupuk Indonesia dan anak usahanya, Pupuk Iskandar Muda akan mendapatkan produksi amonia yang lebih bersih.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menilai bahwa kerja sama pengembangan green hydrogen dan green ammonia menjadi upaya Perusahaan mendukung pencapaian net zero emission pada tahun 2060 yang menjadi program prioritas Pemerintah.
“Saya sangat menantikan kolaborasi ini dan saya mengucapkan terima kasih kepada Kementerian ESDM yang telah konsisten mendukung inisiatif ini. Kami berharap dapat berkontribusi kepada Indonesia untuk menjadi pemain global untuk green hydrogen dan green ammonia, karena green hydrogen dan green ammonia adalah bahan bakar masa depan tanpa emisi karbon,” kata Rahmad. ***