Padahal, rata-rata peluang yang dibuat Serbia dan Denmark di atas 20 peluang.
BACA JUGA:PIALA EROPA 2024 : Kroasia vs Italia, Cukup Seri bagi Azzurri, Wajib Menang bagi Vatreni !
BACA JUGA:Martinez Kagumi Profesionalitas Pepe
Slovenia sendiri juga membuat 17 peluang yang 6 di antaranya tepat sasaran.
Fakta ini terasa ironis mengingat skuad Inggris jauh lebih mentereng dibandingkan dengan tiga tim lain dalam Grup C, khususnya Slovenia.
Seharusnya kelebihan dalam hampir semua skala itu membuat Inggris menjadi tim yang paling eksplosif.
Mereka adalah tim bertabur bintang bergaji rata-rata sangat tinggi yang valuasi pasarnya paling besar dibandingkan dengan tim-tim Euro 2024 yang lain.
Valuasi skuad Inggris mencapai 1,382 miliar euro (Rp24,3 triliun). Angka ini hampir sepuluh kali lipat valuasi skuad Slovenia yang "hanya" 169,6 juta euro (Rp2,9 triliun) atau terendah di Grup C.
Inggris adalah satu dari tiga tim Euro 2024 yang memiliki valuasi skuad di atas 1 miliar euro. Dua tim lainnya adalah Prancis dan Portugal.
Dan tampaknya, sejauh ini, hanya Portugal yang membuktikan adanya keselarasan antara harga dan kualitas tim.
Karena tumpul dalam mencetak gol dan membuka peluang, Southgate dikritik tak bisa mengelola bakat-bakat menyerang supermahal untuk menjadi faktor kemenangan.
Penggemar timnas Inggris pun mulai tidak yakin tim kebanggaannya bisa mencapai babak puncak seperti mereka lakukan tiga tahun lalu dalam Euro 2020 ketika mereka menantang Italia dalam partai final.
Southgate mungkin masih berharap Luke Shaw segera pulih, tapi penantian itu semakin lama semakin tidak menentu.
Akhirnya dia harus realistis untuk tetap memasang Kieran Trippier sebagai bek kiri, padahal posisi alami bek sayap Newcastle United ini adalah di kanan.
Tapi mungkin dia akan memasukkan gelandang tengah Conor Gallagher sejak menit pertama, sehingga Trent Alexander Arnold menepi setelah dua laga bermain sebagai starter dalam posisi yang juga bukan posisi alaminya guna mendampingi gelandang bertahan Declan Rice.
Di luar itu, tak ada waktu bagi Southgate untuk merombak skuadnya terlalu jauh, kecuali mungkin timnya pernah kalah dan berada di posisi terjepit. Dua kondisi ini tidak dialami Inggris.