Sebaliknya, Italia menjadi pihak yang sangat dominan saat menaklukkan Albania, tapi menjadi yang tertekan saat melawan Spanyol.
Dalam kata lain ini adalah pertemuan antara dua tim berorientasi menyerang yang selalu berusaha mengendalikan permainan, akan berlangsung ketat sehingga kemungkinan untuk imbang dan menang tipis, akan sama besarnya.
Kedua tim kemungkinan merombak sebelas pemain pertamanya, walau mempertahankan pola bermain, karena kekalahan keduanya dari Spanyol mengekspos kelemahan mereka sehingga harus segera ditutup agar satu sama lain menjadi kekuatan lawan.
Kroasia yang pernah mencapai final dan semifinal Piala Dunia 2018 dan 2022, menjadi pihak yang paling mungkin melakukan perubahan besar demi bertahan dalam turnamen ini, dengan tetap memasang formasi 4-3-3.
Di antara pemain yang mungkin disisihkan dari starting line up adalah gelandang Marcelo Brozovic, yang tampil di bawah standar, seperti juga ditunjukkan rekannya gelandang kawakan yang juga kapten tim, Luka Modric.
Bukan hanya kedua pemain itu yang disorot karena bek sayap Ivan Perisic juga dikritik.
Tapi penampilan tak terlalu bagus Perisic mungkin karena absen panjang akibat cedera.
Perubahan-perubahan itu dilakukan agar Kroasia tampil lebih menyerang sehingga memiliki peluang lebih banyak yang dengan sendirinya meningkatkan probabilitas gol yang sangat dibutuhkan Vatreni.
Azzurri juga dipaksa melakukan perombakan, terutama setelah diseruduk Tim Matador pada pertandingan kedua.
Tak lagi memasang formasi 4-3-3 menghadapi tim eksplosif seperti Kroasia juga bisa menjadi cara mendapatkan poin dari laga ini.
Dalam kaitan perombakan itu, nama-nama seperti Gianluca Scamacca, Jorginho dan Giovanni Di Lorenzo untuk sementara bisa dipinggirkan oleh Spalletti.
Jika sang pelatih terpaksa merotasi besar-besaran timnya, maka Matteo Darmian, Bryan Cristante, striker Mateo Retegui, dan gelandang muda Nicoolo Fagioli bisa menjadi pilihan yang patut dia coba masukkan sebagai starter.
Tapi Spalletti hampir mustahil mengusik kiper Gianluigi Donnarumma, Alessandro Bastoni dan Nicolo Barella, serta beberapa pemainnya.
Spalletti juga mungkin tak lagi seberani saat menghadapi Spanyol dengan memasang formasi yang ofensif, karena Kroasia menjadi tim yang bermain lebih menyerang kala dikalahkan La Roja. Artinya, Spanyol saja ditekan, apalagi Italia.
Tetapi Azzurri bisa mengadopsi kecerdikan dan kesabaran Spanyol untuk meredam Kroasia yang kemungkinan habis-habisan menyerang karena lebih membutuhkan kemenangan ketimbang Italia.
Pertemuan antara Kroasia dan Italia bukanlah hal yang baru.