Diana, seorang warga Palembang, menceritakan pengalamannya yang telah kelima kalinya melaksanakan tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban.
Awalnya merasa ragu, namun kemudian ia memberanikan diri untuk melakukannya.
"Dulu saat pertama kali saya agak sedikit merasa gimana ya, kan darah gitu. Tetapi saya memberanikan diri untuk melakukannya dan saya merasa kulit kaki saya yang kasar terasa halus dan dingin. Sejak itu, saya rutin melakukan tradisi ini setiap tahunnya," ujarnya.
BACA JUGA:Senyawa Bromat Lebih Berbahaya dari BPA
BACA JUGA:Bunga Kamboja Dapat Meredakan Stres, Mengobati Bisul dan Sakit Gigi
Diana menambahkan bahwa menurut pengalamannya, darah sapi lebih sering dipilih karena diyakini memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan darah kambing, terutama dalam hal kualitas dan jumlah yang dihasilkan saat proses penyembelihan.
Meskipun tradisi ini memiliki nilai-nilai budaya yang sangat kuat, ada juga aspek kesehatan dan kebersihan yang perlu diperhatikan.
Menyelupkan kaki ke dalam darah hewan kurban memang diyakini mampu menyehatkan kulit, namun perlu dipastikan bahwa darah yang digunakan adalah dari hewan yang sehat dan diproses dengan baik sesuai dengan standar kebersihan yang disetujui.
Pemilihan hewan kurban dan penanganan darahnya sebelum proses penyelupan juga menjadi bagian penting dari tradisi ini.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa manfaat yang diharapkan dari tradisi ini dapat dirasakan tanpa menimbulkan risiko kesehatan yang tidak diinginkan.
Tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban juga mencerminkan kekayaan budaya lokal Palembang yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.
Setiap tahun, perayaan Idul Adha tidak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk menjaga dan memperkaya warisan budaya yang dimiliki.
Pemerintah setempat dan tokoh masyarakat juga turut mendukung keberlangsungan tradisi ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan identitas budaya yang khas.
Melalui perayaan Idul Adha, tradisi ini terus diperkuat dan diwariskan kepada generasi muda sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan nilai-nilai kehidupan di Palembang.
Dengan melihat berbagai sudut pandang dari masyarakat Palembang, tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban pada Idul Adha tidak hanya memiliki nilai keagamaan, tetapi juga kultural dan kesehatan yang mendalam.
Masyarakat yang terlibat dalam tradisi ini menunjukkan rasa hormat dan kecintaan yang tinggi terhadap warisan budaya mereka, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai kebersihan dan kesehatan yang penting dalam pelaksanaannya.