10 Pahlawan Asal Sumatera yang Terkenal Paling Berani Melawan Penjajah : Nomor 9 Asal Sumatera Selatan !

Minggu 09 Jun 2024 - 09:06 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 membuat Cut Nyak Dhien semakin gigih dalam perlawanannya terhadap Belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar.

Dari pernikahan ini, Cut Nyak Dhien dikaruniai seorang anak bernama Cut Gambang.

Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur melawan Belanda hingga pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur.

Gugurnya Teuku Umar membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Usia yang tua dan kondisi tubuh yang diserang penyakit membuat salah satu pasukannya, Pang Laot, melaporkan keberadaannya atas dasar iba.

Cut Nyak Dhien akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh, di mana beliau dirawat hingga penyakitnya membaik.

Namun, karena pengaruh kuatnya terhadap rakyat Aceh, beliau diasingkan ke Sumedang.

Cut Nyak Dhien wafat pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Namanya kini diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.

7. Sultan Thaha Syaifuddin

Sultan Thaha Saifuddin lahir di Tanah Pilih, Kesultanan Jambi, pada tahun 1816 dan wafat di Betung Bedarah, Tebo, pada 26 April 1904.

Beliau merupakan sultan terakhir dari Kesultanan Jambi pada tahun 1855 sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia.

Dilahirkan di Keraton Tanah pilih Jambi pada pertengahan tahun 1816, beliau kerap dipanggil Raden Thaha Ningrat dan bersikap layaknya seorang bangsawan yang rendah hati serta senang bergaul dengan rakyat biasa.

Sultan Thaha Syaifuddin menolak untuk memperbarui perjanjian yang diberlakukan pada para pendahulunya oleh Belanda, yang melakukan invasi Jambi pada tahun 1858 serta memberlakukan serangkaian peraturan di bawah kendali Belanda.

Beliau terus mengklaim kesultanan dan menguasai bagian-bagian yang sulit dijangkau hingga akhirnya dibunuh oleh tentara Belanda.

Ketika pertempuran di Sungai Aro, jejak Sultan Thaha tak lagi diketahui oleh rakyat umum kecuali oleh pembantunya.

Kategori :