Menjelajah Surga Wisata Mentawai

Minggu 09 Jun 2024 - 07:30 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Zen Kito

Budaya megalitik Mentawai juga menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan dapat melihat rumah tradisional mereka yang terbuat dari kayu, menyaksikan tarian adat, dan berinteraksi dengan masyarakat Mentawai asli yang ramah.

Rumah adat tradisional Mentawai (uma) menggunakan prinsip yang sama dengan rumah adat suku Baduy Dalam, yakni dibangun tanpa paku dan mengandalkan kekuatan simpul serta sambungan kayu/bambu (sambungan bertakik/berpasak).

Materialnya kayu dan bambu untuk struktur, pintu, dan dinding rumah, sedangkan untuk atap dari rumbia.

Masyarakat adat Mentawai telah berinteraksi dan beradaptasi dengan alam dengan cara mereka sendiri secara turun-temurun sejak tahun 500 SM.

Kearifan lokal dan nilai-nilai tradisi yang dipegang teguh suku Mentawai asli cenderung berkawan dengan gempa (earthquake friendly) yakni, dengan menjaga kelestarian alam sebaik-baiknya.

Hutan dan vegetasi bakau yang masih relatif asli, selain menjadi sumber penghidupan, adalah juga pelindungan alam terbaik terhadap kemungkinan bencana.

Di samping masyarakat adat lokal yang menjaga kelestarian alam Mentawai dengan kearifan lokalnya, Pemerintah pun hadir melalui Balai Taman Nasional Siberut. Luas Taman Nasional Siberut sekitar 190.000 hektare.

Di luar kawasan taman nasional, ternyata terdapat kawasan hutan produksi konversi (54.856 hektare) dan kawasan hutan produksi (256.011 hektare) sehingga luas kawasan hutan termasuk taman nasional Siberut seluruhnya 491.917 hektare. Luas total wilayah daratan kabupaten kepulauan adalah 601.135 hektare.

Sesuai dengan setting alamnya, Mentawai tampaknya tidak pas untuk mass tourism.  Fungsi konservasi perlu dikedepankan, sedangkan pariwisata hanya menjadi ‘bonus’. Ekoturisme bahari menjadi andalan Mentawai.

Konektivitas laut dan udara

Pariwisata Mentawai mungkin tidak butuh banyak polesan, dalam arti tidak perlu objek-objek wisata buatan, tetapi tetap membutuhkan infrastruktur konektivitas seperti pelabuhan dan bandar udara, bahkan sifatnya vital, baik untuk mobilitas warga maupun wisatawan.

Sebuah bandara kecil cukuplah, tetapi banyak pelabuhan/dermaga yang dibutuhkan untuk konektivitas antarpulau, termasuk logistik.

Pemerintah Pusat menaruh perhatian pada Mentawai karena merupakan salah satu wilayah 3-TP (terdepan, terluar, tertinggal, dan perbatasan).

Untuk menunjang pariwisata Mentawai, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah membangun bandara baru, yakni Rokot Sipora baru, dengan panjang landasan pacu atau runway 1.500 meter yang dapat didarati pesawat sekelas ATR-600 berkapasitas 78 penumpang.

Bandara Mentawai baru memiliki terminal berukuran 1.600 meter persegi yang mampu menampung penumpang sebanyak 53.881 orang per tahun.

Sebelumnya, bandara perintis (Rokot Sipora Lama) dengan landas pacu 850 meter hanya bisa didarati pesawat berbaling-baling atau  propeller sekelas Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 orang.

Kategori :