Tanjung Kurung, yang juga dikenal sebagai Tanjung Emas, menjadi pintu gerbang bagi para pencari emas ini.
Salah satu infrastruktur penting di desa ini adalah jembatan gantung yang melintasi Sungai Gilas.
Jembatan ini menjadi akses utama bagi penduduk untuk mendistribusikan hasil bumi dan beraktivitas sehari-hari.
Namun, desa ini masih memiliki keterbatasan dalam hal akses teknologi. Hingga kini, belum ada penjual kartu perdana atau paket internet di desa ini karena tidak adanya sinyal internet.
Keterbatasan ini memang menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi.
Meski dengan segala keterbatasannya, Desa Tanjung Kurung menawarkan keindahan alam yang menakjubkan.
Pemandangan yang asri dan suasana sejuk membuat siapa saja betah berada di desa ini. Kehidupan yang sederhana dan harmonis dengan alam menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Penduduk Desa Tanjung Kurung mayoritas berasal dari Suku Daya dan menggunakan bahasa Komering dalam komunikasi sehari-hari.
Budaya dan tradisi yang kental masih terjaga dengan baik, menambah keunikan desa ini. Masyarakat hidup rukun dan saling membantu, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Meskipun Desa Tanjung Kurung memiliki banyak potensi, desa ini masih menghadapi berbagai tantangan.
Akses yang terbatas dan kurangnya infrastruktur teknologi menjadi kendala utama.
Dengan perhatian dan bantuan dari pemerintah serta pihak terkait, diharapkan desa ini dapat terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Investasi dalam infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas teknologi sangat dibutuhkan.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan membuka peluang ekonomi baru.
Desa Tanjung Kurung memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alam.
Keindahan sungai, kebun kopi, serta kehidupan pedesaan yang autentik dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.