Dapur ini memiliki pekerja sebanyak 90 orang yang didominasi pekerja asal Indonesia.
Mereka menyebar di dapur, mengantar makanan ke hotel-hotel, dan berjaga di hotel.
Setelah peninjauan di dapur Bahar Har, Tim MCH kemudian bergerak ke dapur Meiz Mary yang letaknya dekat dengan Jabal Uhud, di utara Masjid Nabawi.
Sama seperti Bahar Har, Chef Eksekutifnya berasal dari Indonesia, yakni Wan Abdurahman.
Dapur Meiz Mary mulai sibuk sejak pukul 20.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Ada yang memotong rempah-rempah, mencuci beras, dan kegiatan lainnya yang terkait dengan prapengolahan.
Pengemasan makanan dilakukan sejak pukul 02.00 WAS untuk makanan pagi, pukul 08.30 WAS untuk makan siang, dan pukul 14.00 WAS untuk makan malam.
Sebelum didistribusikan, makanan diuji kualitasnya. Jika tidak memenuhi standar, produksi akan dihentikan sementara dan diganti dengan bahan baru.
Setelah makanan dikemas, uji kualitas dilakukan berkali-kali. Makanan yang telah diuji di dapur kembali diuji di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI) di Madinah dalam bentuk makanan boks siap makan.
KUHI merupakan kantor pusat penyelenggaraan ibadah haji di Madinah. Sampel makanan dicek apakah telah sesuai standar yang ditetapkan.
Jika makanan dinilai aman dikonsumsi, maka boleh didistribusikan ke hotel-hotel tempat pemondokan jamaah.
Uji sampel di Daerah Kerja (Daker) juga dilakukan secara berkala untuk makan pagi, siang, dan malam.
Dapur wajib mengantarkan sampel makanan jauh sebelum waktu pendistribusian ke jamaah.
Ketika makanan dianggap aman, distribusi dilakukan ke hotel-hotel, dan makanan disimpan dalam alat penghangat khusus hingga waktu makan tiba.
Namun, demi menjaga kualitas, jamaah harus memperhatikan batas waktu maksimum konsumsi makanan tersebut.
Makanan pagi harus dikonsumsi sebelum pukul 09.00 WAS, makan siang sebelum pukul 16.00 WAS, dan makan malam sebelum pukul 21.00 WAS.
Jika melebihi batas waktu tersebut, petugas menyarankan jamaah untuk tidak mengonsumsinya demi menjaga kualitas dan keamanan.