PALEMBANG, KORANPALPOS.COM - Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja menilai bahwa kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian dalam kecelakaan helikopter berpotensi mengkonsolidasi gerakan kelompok konservatif, yakni para pendukung Raisi.
"Hal ini untuk memastikan bahwa Iran tidak keluar dari jalur yang digariskan pemimpin sebelumnya yang wafat itu," kata Dinna saat dihubungi Antara di Jakarta pada Senin.
Pendiri think-tank independen Synergy Policies itu menjelaskan bahwa Presiden Raisi adalah pemimpin yang mengedepankan konsep revolusionisme pragmatis.
BACA JUGA:Helikopter Rombongan Presiden Iran Jatuh : Pencarian Masih Terus Berlanjut !
Raisi dikenal dengan posisinya yang tegas dalam negosiasi internasional yang sering kali menekan Iran dan berusaha keras mengeluarkan Iran dari sanksi-sanksi yang diterapkan oleh AS dan negara-negara Barat.
"Raisi memilih posisi tegas dalam negosiasi yang mengarah pada menekan Iran dan berusaha keras mengeluarkan Iran dari sanksi-sanksi AS dan negara-negara Barat," katanya.
Di bawah kepemimpinan Raisi, Iran mengalami perubahan signifikan dalam hubungan internasionalnya.
BACA JUGA:Update Jatuhnya Helikopter yang Menewaskan Presiden Iran : Hamas Utarakan Solidaritas Penuh !
Raisi meningkatkan hubungan dengan Rusia, melakukan de-dolarisasi, serta memperluas kerja sama ekonomi dengan China dan Rusia.
Langkah ini merupakan strategi untuk mengurangi ketergantungan Iran pada negara-negara Barat dan memperkuat posisinya di kancah internasional.
Selain itu, di era kepemimpinannya, Iran menjadi anggota penuh organisasi BRICS dan berhasil membangun kembali hubungan diplomatik dengan Arab Saudi tanpa mediasi Barat.
BACA JUGA:Babak Baru Kasus Dugaan Malapraktik : Penyidik Tetapkan Bidan Zainab Sebagai Tersangka !
BACA JUGA:3 Gudang BBM Ilegal di Pemulutan Ogan Ilir Dibongkar Paksa : Ini Penampakanya !