PALEMBANG - Kue Dorayaki, makanan manis yang terkenal dari Jepang, telah menjadi salah satu camilan favorit di berbagai belahan dunia.
Terdiri dari dua lempengan pancake yang lembut dan mengandung rasa madu serta kacang merah manis di tengahnya, kue ini telah menarik perhatian banyak penggemar makanan dari segala usia.
Di balik kesederhanaannya, kue Dorayaki mengandung sejarah dan budaya yang kaya, menjadikannya bukan hanya camilan, tetapi juga simbol dari tradisi kuliner Jepang.
Sejarah kue Dorayaki bisa ditelusuri kembali hingga abad ke-16, di zaman Dinasti Ming di Tiongkok.
BACA JUGA:Cumi Asin Sambal Ijo : Lezatnya Paduan Rasa Asin dan Pedas yang Menggoda Selera
BACA JUGA:Mie Celor : Kuliner Khas Palembang yang Mendunia
Pada saat itu, kue ini dikenal sebagai "tortoise jelly cake" atau kue agar-agar kura-kura.
Namun, Dorayaki yang kita kenal sekarang mulai populer pada awal abad ke-20 di Jepang, saat seorang koki kondang bernama Usagiya Ginbee menciptakan versi yang mirip dengan yang kita nikmati hari ini.
Nama "Dorayaki" sendiri berasal dari kata "dora," yang artinya "gong" dalam bahasa Jepang kuno. Nama ini dipilih karena bentuk kue yang bulat dan terlihat seperti gong.
Keistimewaan kue Dorayaki tidak hanya terletak pada rasa dan teksturnya yang lezat, tetapi juga pada simbolisme budaya yang dibawanya.
BACA JUGA:Kue Ongol Ongol, Kelezatan Tradisional yang Tetap Melekat di Lidah Masyarakat Indonesia
BACA JUGA:Kuliner Tradisional yang Tetap Mendominasi: Bubur Sumsum, Kuliner Kekinian dengan Sentuhan Klasik
Kacang merah yang menjadi isi kue ini memiliki makna penting dalam budaya Jepang. Di sana, kacang merah dipercaya membawa keberuntungan dan perlindungan dari segala macam bahaya.
Oleh karena itu, Dorayaki sering dianggap sebagai simbol keberuntungan dan keamanan.
Popularitas kue Dorayaki telah meluas ke seluruh dunia, terutama setelah munculnya berbagai tokoh kartun dan anime Jepang yang menyukainya.