Warung dengan ukuran 15 x 10 meter ini memiliki kapasitas untuk menampung sekitar 100 orang, dan sering kali menjadi sangat ramai terutama saat akhir pekan atau hari libur.
Lokasi warung Mbok Yem terletak tak jauh dari Hargo Dalem, tempat yang dipercaya sebagai lokasi berdoa meminta petunjuk.
Hal ini menambah nilai spiritual dan membuat warungnya semakin diminati.
Walau usianya sudah menginjak 70 tahun, semangat Mbok Yem tidak pernah padam.
Dia menyerahkan tanggung jawab belanja kebutuhan warung kepada orang kepercayaannya.
Belanjaan yang mencakup beras, telur, mie instan, kopi, teh, gula, air minum, dan kebutuhan dapur lainnya biasanya dibeli dari Pasar Plaosan, Magetan.
Air bersih untuk kebutuhan sehari-hari diambil dari sendang derajat yang berjarak kurang lebih satu kilometer.
Sedangkan untuk penerangan, warung ini mengandalkan generator listrik yang ditenagai oleh bensin.
Menu yang ditawarkan pun sangat variatif, mulai dari nasi pecel, mie rebus, hingga kopi panas.
Di tengah gemerlap teknologi dan modernisasi, kisah tentang sederhana, tekun, dan penuh perjuangan selalu memberi inspirasi.
Seperti kisah Mbok Yem, sosok pemilik warung di puncak Gunung Lawu yang kini dikenal sebagai warung tertinggi di dunia.
Bukan tanpa alasan kisah Mbok Yem menarik perhatian banyak orang.
Sebuah video berdurasi 19 detik yang memperlihatkan dia ditandu turun dari gunung menjadi viral.
Bagi banyak pendaki, Mbok Yem bukan hanya pemilik warung, tapi juga bagian dari pengalaman mendaki Gunung Lawu.
Wakiyem atau yang lebih dikenal dengan Mbok Yem, menjadi buah bibir sejak 2018.
Namun, bagi para pendaki Gunung Lawu, sosoknya sudah menjadi legenda sejak lama.