Saking seriusnya, Abu Bakar langsung mengantar pasukan dengan berjalan kaki dan melepasnya dengan berbagai wejangan dan lantunan doa—menunjukkan betapa tinggi posisi dan mulianya Yazid.
Setelah itu baru menyusul tiga pasukan besar yang lain di bawah pimpinan Amru bin Ash, Syurahbil bin Hasanah, dan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Kemudian setelah itu semua, Abu Bakar memberangkatkan kembali orang-orang yang masih ingin berjihad di bawah tahun-tahun terakhir Nabi, Muawiyah dipercaya menjadi salah satu penulis wahyu sekaligus sekretarisnya.
Wafatnya Rasulullah tak membuatnya hilang pijakan.
Ketika orang-orang di Jazirah Arabia berbondong-bondong meninggalkan Islam, Muawiyah dan penduduk Mekah tetap berpegang teguh pada kebenaran Islam.
Sebagaimana dicatat dalam sejarah, Khalifah Abu Bakar lantas memerangi orang-orang murtaddin dan para nabi palsu.
Selepas itu, kaum Muslimin baru berkonsentrasi melawan Romawi di utara, tepatnya negeri Syam.
Muawiyah bukanlah anak tertua Abu Sufyan, ia masih punya abang bernama Yazid bin Abu Sufyan.
Tatkala itu Yazid lebih dulu bersinar dan amat disegani, mewakili karisma ayahnya Abu Sufyan. Banyak pihak meramalkan jika saja Yazid berusia panjang, maka simbol kebesaran Umayah berada pada sosok Yazid.
Abu Bakar sangat memahami hasrat Bani Umayah mengejar ketertinggalan mengabdi pada Islam.
Khalifah lantas membuka kesempatan besar-besaran bagi klan Umayah untuk berperang melawan Romawi, ditambah hubungan Arab Syam yang amat erat dengan klan Umayah.
Mula-mula Abu Bakar mempersiapkan bala tentara besar ke Syam di bawah panglima Yazid bin Abu Sufyan.
Saking seriusnya, Abu Bakar langsung mengantar pasukan dengan berjalan kaki dan melepasnya dengan berbagai wejangan dan lantunan doa—menunjukkan betapa tinggi posisi dan mulianya Yazid.(*/bersambung)