Banyak penjual menawarkan level pedas mulai dari level 1 hingga level ekstrem, sehingga pembeli bisa menyesuaikan dengan toleransi pedas masing-masing.
Salah satu faktor besar naiknya minat masyarakat terhadap cilok mercon adalah viralnya jajanan ini di media sosial.
Banyak konten kreator kuliner yang mengunggah video review atau mukbang, sehingga memicu rasa penasaran para warganet.
Tagar seperti #cilokmercon, #cilokpedas, dan #jajanviral sering muncul di platform seperti TikTok. Bahkan, beberapa video mencapai jutaan penonton hanya dalam hitungan hari.
Selain itu, pedagang kini memanfaatkan strategi digital marketing dengan membuat konten sederhana, seperti video proses pembuatan atau reaksi pembeli.
Langkah ini terbukti mampu meningkatkan jangkauan pasar dan menarik pelanggan baru.
Kepadatan peminat membuat peluang usaha cilok mercon semakin menjanjikan.
Modal usaha yang relatif kecil, bahan baku mudah diperoleh, serta minat masyarakat yang besar terhadap kuliner pedas menjadikan bisnis ini punya potensi berkembang di banyak daerah.
Menurut beberapa pelaku usaha, modal awal untuk berjualan cilok mercon berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta, tergantung skala usaha.
Keuntungan per hari bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari modal harian, terutama saat ramai pembeli.
Banyak pelaku UMKM juga memanfaatkan layanan pesan antar seperti GoFood dan ShopeeFood untuk memperluas pasar.
“Sekarang pelanggan paling banyak lewat ojek online,” kata Lina (31), pedagang cilok mercon di kawasan Sekip, Palembang.
Tidak hanya warga lokal, wisatawan yang berkunjung ke berbagai kota seperti Palembang, Bandung, dan Yogyakarta juga tertarik mencoba cilok mercon sebagai jajanan khas kaki lima.
Sensasi pedasnya dinilai cocok sebagai camilan sore maupun teman nongkrong.
Beberapa kedai bahkan mulai mengemas cilok mercon dalam versi frozen food agar bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Meski lezat dan menggugah selera, konsumsi pedas berlebihan dapat mengganggu pencernaan.