Berdasarkan data Kitco dan Reuters, harga emas dunia pada Kamis pagi bergerak di kisaran USD 2.480 per troy ounce, naik dibandingkan awal pekan yang masih di level USD 2.430.
Penguatan harga emas dunia dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama setelah konflik baru di kawasan tersebut memicu kekhawatiran pasar.
Emas yang dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) menjadi pilihan utama investor ketika ketidakpastian meningkat.
Selain faktor geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi faktor pendorong lain.
Pasar memperkirakan bank sentral AS akan melunakkan kebijakan moneternya menjelang akhir tahun, yang berpotensi melemahkan dolar AS dan menguatkan harga emas.
Kepala Riset PT Indo Premier Sekuritas, Miftahul Huda, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas Antam di dalam negeri juga dipengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang kini bergerak di atas Rp16.200 per dolar.
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 34/PMK.10/2017, pembelian maupun penjualan kembali emas batangan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 dengan tarif berbeda tergantung status wajib pajak.
Pembelian emas batangan:
Pemegang NPWP dikenakan PPh 22 sebesar 0,45 persen dari total nilai transaksi.
Non-NPWP dikenakan PPh 22 sebesar 0,9 persen.
Penjualan kembali (buyback):
Transaksi dengan nominal lebih dari Rp10 juta dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP.
Untuk non-NPWP, tarifnya 3 persen.
PPh 22 tersebut dipotong langsung oleh Antam dari total nilai transaksi, dan setiap pembeli emas akan menerima bukti potong pajak sebagai dokumen resmi pelaporan pajak tahunan.
Meski harga emas telah melonjak tinggi, minat masyarakat terhadap emas batangan justru terus meningkat.
Banyak investor ritel memandang emas sebagai investasi yang stabil, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak menentu.