Sementara, Jon Faisan, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD PALI, menekankan pentingnya pembentukan tim siaga bencana di level desa.
Menurutnya, dengan adanya tim tersebut, masyarakat bisa lebih cepat bergerak ketika terjadi keadaan darurat.
“Penanggulangan karhutla merupakan tugas bersama dan menuntut partisipasi aktif warga. Peralatan sudah tersedia, maka tinggal bagaimana warga bisa memanfaatkannya dengan baik untuk mengurangi risiko kebakaran,” tegasnya.
Camat Talang Ubi, Emilya, dalam kesempatan yang sama menuturkan bahwa Program Destana bukanlah sekadar bantuan sosial, melainkan upaya membangun kapasitas masyarakat.
“Penguatan kapasitas warga semakin penting belakangan ini di tengah ancaman perubahan iklim. Perubahan iklim bagaimanapun telah memperbesar potensi karhutla,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Benakat Minyak, Edi Suprapto, mengapresiasi terlaksananya kegiatan ini.
Ia menilai, gabungan antara teori dan praktik lapangan membuat warga lebih siap dalam menghadapi situasi darurat. “Kombinasi teori dan praktik langsung membuat warga lebih memungkinkan bertindak cepat ketika karhutla benar-benar terjadi,” katanya.
Sebagai tindak lanjut, PEP Pendopo Field bersama BPBD PALI dan Pemerintah Desa Benakat Minyak berkomitmen membentuk serta mengesahkan Tim Siaga Bencana Desa.
Tim ini akan menjadi wadah warga untuk terus berlatih, berkoordinasi, dan melakukan mitigasi bersama ketika karhutla mengancam.
Selain itu, keberadaan tim juga akan memperkuat jaringan komunikasi antara desa dengan pihak terkait, termasuk aparat kecamatan, BPBD, dan perusahaan.
Untuk diketahui, acara dimulai di Kantor Desa Benakat Minyak, di mana para peserta mendapatkan pembekalan mengenai penyebab utama karhutla, baik faktor alami maupun aktivitas manusia.
Dalam sesi ini, para fasilitator menjelaskan bahwa kebakaran hutan tidak hanya disebabkan oleh cuaca ekstrem atau musim kemarau panjang, tetapi juga akibat praktik pembukaan lahan dengan cara membakar, pembuangan puntung rokok sembarangan, hingga kelalaian masyarakat dalam mengelola api.
Dampak yang ditimbulkan karhutla pun disorot secara detail.
Tidak hanya menimbulkan kabut asap pekat yang mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
Selain itu, kerugian ekonomi dari sektor perkebunan, pertanian, hingga transportasi juga menjadi konsekuensi yang harus ditanggung bersama.
Dengan penjelasan tersebut, warga semakin menyadari bahwa persoalan karhutla bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau aparat, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.