Tubuh Sadi langsung terseret beberapa meter di bawah kolong truk.
Ia tewas di tempat dengan luka parah di sekujur tubuhnya.
Sementara suaminya, Samsudin, hanya mengalami luka lecet meski syok berat melihat istrinya meregang nyawa di hadapannya.
Insiden ini sontak mengundang perhatian warga sekitar.
Lalu lintas di jalur padat tersebut sempat tersendat. Anggota Satlantas Polres Banyuasin segera datang ke lokasi setelah menerima laporan warga.
Petugas langsung mengevakuasi korban menggunakan ambulans menuju rumah sakit terdekat, sementara sebagian lainnya mengatur arus kendaraan agar kemacetan tidak semakin parah.
Truk tangki yang terlibat kecelakaan dipindahkan ke bahu jalan untuk mengurai kepadatan.
Kapolres Banyuasin AKBP Ruri Prastowo SIK melalui Kasat Lantas AKP Suwandi menjelaskan bahwa kecelakaan dipicu oleh kondisi jalan yang bergelombang.
“Jalan di lokasi kejadian bergelombang sehingga sepeda motor kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah truk. Faktor ini menjadi penyebab utama kecelakaan,” ujarnya.
Di balik musibah ini, tersimpan kisah haru yang menyayat hati. Sadi dan Samsudin sebenarnya sedang dalam perjalanan penuh harapan.
Mereka hendak menyaksikan momen bersejarah dalam keluarga: kelahiran cucu pertama mereka.
Namun, semua itu sirna seketika.
“Almarhumah Sadi informasinya mau ke Palembang untuk menemui anaknya yang sebentar lagi akan melahirkan. Tapi takdir berkata lain, mereka justru mendapat musibah di jalan,” tutur Apri, kerabat korban, dengan mata berkaca-kaca.
Kabar duka ini pun membuat keluarga besar terpukul. Sang anak yang tengah menanti kelahiran kini harus menerima kenyataan pahit bahwa ibunya tidak bisa mendampingi momen bahagia tersebut.
Kecelakaan di jalur Palembang–Betung bukanlah peristiwa pertama. Jalan lintas ini memang dikenal sebagai salah satu titik rawan kecelakaan di Sumatera Selatan.
Selain padat dilalui kendaraan besar, kerusakan jalan yang berupa gelombang, lubang, hingga permukaan yang tidak rata semakin memperbesar risiko.