Selain itu, ramuan lain seperti jahe, serai dan lengkuas juga kerap menjadi bahan utama dalam olahan jamu yang berfungsi menghangatkan tubuh dan meningkatkan daya tahan.
Di era modern, jamu tidak hanya dijual secara tradisional tetapi juga telah berkembang dalam bentuk kemasan praktis.
Sejumlah produsen besar mengemas jamu dalam bentuk serbuk instan, kapsul hingga minuman botol agar lebih mudah dikonsumsi oleh masyarakat urban yang memiliki mobilitas tinggi.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa jamu tetap mampu beradaptasi dengan zaman tanpa meninggalkan identitas aslinya sebagai minuman herbal khas Indonesia.
BACA JUGA:Kurangi Stres dan Kecemasan dengan Teh Chamomile
BACA JUGA:Cuka Apel : Minuman Fermentasi dengan Segudang Manfaat Kesehatan
Tak hanya di Indonesia, jamu kini mulai dikenal di dunia internasional sebagai bagian dari tren gaya hidup sehat berbasis bahan alami.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat global akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dalam menjaga kesehatan.
Bahkan, jamu kerap diperkenalkan dalam berbagai pameran internasional sebagai produk unggulan Indonesia yang sarat dengan nilai budaya.
Meski begitu, pakar kesehatan menekankan pentingnya mengonsumsi jamu secara bijak.
BACA JUGA:Cegah Kanker Dengan Lobak Putih Begini Tips Mengolahnya!
Sebab, meski berbahan alami tidak semua jenis ramuan cocok untuk setiap orang.
Dosis, cara pengolahan serta kondisi tubuh individu menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.
Karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai khasiat jamu secara ilmiah terus dilakukan agar manfaatnya dapat diakui lebih luas secara medis.
Dengan segala keunikannya, jamu bukan sekadar minuman melainkan representasi filosofi hidup masyarakat Indonesia yang selaras dengan alam.
Jamu adalah bukti nyata bagaimana kearifan lokal mampu bertahan, beradaptasi dan tetap relevan di tengah derasnya arus modernisasi.*