Perebusan yang lama membuat warna merata hingga ke bagian putih telur sementara rasa rempah meresap sempurna.
Bagi sebagian warga Palembang, aroma telur pindang yang khas sering membangkitkan nostalgia masa kecil.
Dahulu, anak-anak menanti momen hajatan keluarga karena tahu akan ada telur pindang tersaji di meja makan.
BACA JUGA:Popcorn dan Bioskop : Sejarah Camilan Legendaris yang Tak Terpisahkan
BACA JUGA:Cara Budidaya Cabai di Pekarangan Rumah dengan Pengeluaran Minim
Kini, meski kehidupan modern membuat banyak orang memilih makanan cepat saji telur pindang masih bisa ditemukan di warung makan khas Palembang, rumah makan Padang di kota tersebut hingga pedagang kue tradisional yang menyajikannya sebagai pelengkap.
Selain rasanya yang lezat, telur pindang juga terkenal awet.
Proses perebusan dengan rempah-rempah membuat telur ini bisa bertahan hingga beberapa hari tanpa pendingin.
Inilah sebabnya telur pindang sering dibawa sebagai bekal perjalanan jauh atau oleh-oleh.
BACA JUGA:5 Kabupaten Termiskin di Sumatera Selatan Tahun 2025: Juaranya Kabupaten yang Ada Tambang Emas !
BACA JUGA:Cara Belajar Mengehenna bagi Pemula: Panduan Lengkap Memulai Seni Lukis Tangan yang Indah dan Penuh Makna
Pemerintah Kota Palembang sendiri beberapa kali memasukkan telur pindang dalam promosi kuliner daerah.
Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan hidangan tradisional yang kaya rasa dan sarat nilai budaya kepada wisatawan.
Telur pindang membuktikan bahwa kuliner sederhana pun bisa menjadi simbol budaya yang kuat.
Dengan perpaduan rasa gurih aroma rempah yang menenangkan dan makna tradisi yang dalam, telur pindang menjadi salah satu warisan kuliner yang patut dijaga keberadaannya di tengah gempuran makanan modern.*