Ia menambahkan bahwa seluruh operasi pengeboran dilakukan dengan mengedepankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Kami pastikan semua kegiatan berjalan dengan memperhatikan keberlanjutan, kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, serta hubungan sosial yang harmonis dengan pemangku kepentingan,” tegasnya.
Adapun daftar sembilan sumur yang telah dikerjakan meliputi: TITI-A17, CINTA F-13ST, CINTA F-14ST, CINTA F-15ST, AMBAR-04 (eksplorasi), CINTA H-14, CINTA C-03ST, WIDURI B-37Hz, dan WIDURI B-09ST. Sumur ke-10, WIDURI H-18, kini masih dalam proses pengeboran.
Emerald Driller sendiri merupakan rig bertenaga 3.000 horsepower dan mampu mengebor hingga kedalaman 30.000 kaki, menjadikannya salah satu rig paling andal di kelasnya untuk pengeboran lepas pantai.
Keandalan teknis ini mendukung penuh pencapaian target nasional produksi migas sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD).
Efisiensi biaya sebesar 15 persen yang berhasil dicapai berasal dari pengelolaan proyek yang disiplin dan penerapan teknologi pengeboran modern.
Selain itu, keberhasilan proyek ini juga membuka peluang penguatan kapasitas SDM nasional, alih teknologi, dan peningkatan daya saing industri migas dalam negeri.
Kolaborasi dengan ADES Group menunjukkan bahwa sinergi internasional dengan pemanfaatan potensi lokal mampu memberikan hasil maksimal.
Pertamina Drilling kini tidak hanya berperan sebagai operator teknis, tetapi juga mitra strategis negara dalam pembangunan sektor energi nasional.
“Keberhasilan ini memperkuat posisi Pertamina Drilling sebagai pemain utama di industri jasa pengeboran, dan sebagai bagian dari solusi energi masa depan yang aman, efisien, dan berkelanjutan,” tutup Avep.*