Kesetiaan: Buaya diyakini sebagai hewan yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Roti buaya melambangkan harapan agar pasangan pengantin dapat menjalin hubungan yang setia.
Kemapanan dan Kesabaran: Ukuran roti buaya yang besar menggambarkan kesiapan laki-laki dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga secara finansial dan emosional.
Bentuk buaya yang kukuh juga menggambarkan karakter kuat dan tangguh, mencerminkan kepribadian yang dibutuhkan dalam menghadapi dinamika kehidupan rumah tangga.
Dalam adat Betawi, roti buaya dibawa oleh pihak mempelai pria saat prosesi lamaran atau seserahan. Biasanya roti ini dibuat sepasang—satu jantan dan satu betina—untuk melambangkan dua individu yang akan dipersatukan dalam ikatan suci.
Roti buaya ini diletakkan di nampan hias dan dibawa dengan penuh kehormatan. Setelah acara pernikahan selesai, roti tersebut tidak langsung dimakan.
Beberapa keluarga menyimpannya sebagai simbol kenangan, ada pula yang membagikannya kepada tamu undangan sebagai berkah.
Meski merupakan tradisi lama, roti buaya kini mengalami banyak inovasi.
Bentuknya tidak selalu konvensional dan bisa disesuaikan dengan tema pernikahan. Beberapa pembuat roti menawarkan variasi roti buaya dengan isian cokelat, keju, bahkan daging abon, mengikuti selera pasar modern.
Selain itu, dekorasi roti buaya pun dibuat lebih artistik. Mulai dari warna-warna cantik hingga ukiran nama pasangan pengantin di atas roti.
Inovasi ini membuat roti buaya tetap relevan dan diminati oleh generasi muda Betawi.
Roti buaya bukan hanya simbol budaya, tetapi juga memberikan peluang ekonomi bagi pelaku UMKM.
Banyak pengusaha roti rumahan yang kini membuka pesanan roti buaya secara online, terutama menjelang musim pernikahan
. Harga roti buaya pun bervariasi, mulai dari Rp150.000 hingga jutaan rupiah, tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan desain.
Bahkan, beberapa toko roti di Jakarta memiliki spesialisasi khusus dalam membuat roti buaya dan telah mengekspornya ke luar negeri untuk diaspora Betawi di Malaysia, Singapura, dan Belanda.
Guna menjaga eksistensi budaya Betawi, termasuk roti buaya, pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan terus mengadakan berbagai festival dan lomba kuliner Betawi.
Komunitas budaya Betawi juga aktif memperkenalkan roti buaya kepada generasi muda melalui pelatihan dan edukasi di sekolah.