KUPANG - Pengamat politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Rajamuda Bataona menilai debat keempat justru menjadi semacam antiklimaks sekaligus antitesis bagi personifikasi/simbolisme Jokowi.
"Selama ini, personifikasi atau simbolisme Jokowi dihadirkan oleh Tim 02 lewat diri Gibran, namun jika dibaca secara akademik, debat kemarin justru menjadi semacam antiklimaks sekaligus antitesis bagi simbolisme Jokowi," kata Mikhael Bataona di Kupang, Selasa, 23 Januari 2024.
Menurut dia, ketika terjadi atraksi panggung, gimmick dan orkestra yang dimainkan Gibran dengan merendahkan dan mendelegitimasi dua calon lain yang lebih tua darinya yaitu Mahfud Md dan Muhaimin, maka Gibran justru meluruhkan citra dan personifikasi karakter Jokowi
pada diri anak biologis sang Presiden.
BACA JUGA:Pengungsi Banjir Butuh Sembako dan Obat-obatan !
BACA JUGA:Miris ! Karyawan PDAM OKU Timur 6 Bulan tak Gajian
Gibran dalam debat itu sama sekali tidak menunjukkan jatidiri Jokowi yang punya filosofi hidup, Lamun siro sekti ojo mateni, yang artinya meskipun kamu sakti jangan suka menjatuhkan.
Ketika Gibran, dari video debat itu, melakukan atraksi panggung yang merendahkan Mahfud Md, yaitu dengan menggunakan diksi bahwa Mahfud sebagai seorang profesor seharusnya paham semua istilah, juga melengak-lengok seolah mencari jawaban Mahfud, terbaca oleh publik bahwa Gibran sedang menggunakan gimmick untuk merendahkan dan mempermalukan Mahfud.
"Dari sana ia sedang melawan filosofi hidup ayahnya, yaitu, meskipun kamu sakti, janganlah suka menjatuhkan. Hal ini terjadi karena bagi publik, sebagai anak Jokowi, Gibran tidak bisa melepaskan diri dari karakter dan jatidiri ayahnya yang punya filosofi hidup, meski dirinya punya kekuasaan dan kesaktian, ia tidak akan menjatuhkan orang lain," katanya.
Tetapi menurut dia yang dilakukan Gibran justru menyerang dengan nuansa merendahkan Mahfud Md juga Muhaimin.
BACA JUGA:Muhaimin Kritik Hilirisasi Tambang, Gibran Soal RUU Masyarakat Adat
BACA JUGA:Pengungsi Banjir Butuh Sembako dan Obat-obatan !
Hal yang oleh publik dinilai kurang elok dan jauh dari standar etis juga berkaitan dengan tuduhan Gibran kepada Muhaimin.
Gibran berkali-kali dalam debat itu menyerang Muhaimin bahwa Ketua Umum PKB ini mencontek jawaban dari teks yang disiapkan Tom Lembong, bahkan ketika Gibran menyerang Muhaimin sebagai orang yang lucu karena berbicara tentang lingkungan tetapi membawa botol plastik air kemasan, Gibran sekali lagi melawan filosofi hidup ayahnya.
Filosofi yang dimaksud yaitu Lamun siro banter ojo ndhisiki, meskipun kamu cepat jangan suka mendahului dan yang ketiga Lamun siro pinter ojo minteri, meskipun kamu pintar jangan sok pintar.