Dual Wishbone memberikan kenyamanan dan kestabilan saat mobil melaju di jalan tidak rata, sementara Leaf Spring dikenal sebagai sistem suspensi tangguh yang mampu membawa beban berat tanpa mengorbankan performa.
Tak heran, banyak pemilik Kijang Super yang memanfaatkannya untuk kegiatan niaga, seperti travel, pengangkut barang, hingga mobil sekolah.
6. Fitur Sederhana namun Efisien
Sebagai mobil yang lahir di era 80-an, Kijang Super tidak dilengkapi dengan teknologi canggih seperti mobil modern.
Fitur standar seperti AC tidak tersedia pada semua varian, dan umumnya hanya tersedia sebagai opsi tambahan dari dealer dengan merek Thermo King atau Denso.
Panel instrumen pun sederhana, terdiri dari odometer, spidometer, dan indikator suhu mesin.
Latar kuning pada panel instrumen memberi sentuhan klasik yang khas dan kini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar mobil retro.
Ban serep diletakkan di bawah bangku depan sebelah kiri, tanpa pelindung khusus. Meski desain ini praktis, namun kerap membuat ban serep terkena debu dan lumpur.
Tangki bensin diletakkan di belakang dan dijepit dua pegas daun, demi menjaga kestabilan distribusi beban.
7. Suku Cadang Mudah Didapat dan Harga Stabil
Salah satu alasan mengapa Kijang Super begitu dicintai adalah ketersediaan suku cadang yang melimpah.
Bengkel umum pun sudah sangat akrab dengan perawatan mobil ini, membuatnya mudah dan murah dalam hal servis berkala.
Komponen seperti kampas rem, busi, filter, hingga onderdil mesin bisa ditemukan dengan mudah, bahkan di kota-kota kecil.
Harga pasaran Kijang Super bekas pun tergolong stabil, tergantung kondisi fisik dan kelengkapan surat.
Saat ini, Kijang Super dengan kondisi prima bisa dibanderol mulai dari Rp 25 juta hingga Rp 60 juta.
Nilai jual kembali yang stabil ini membuatnya menjadi investasi menarik, terutama bagi kolektor atau pelaku usaha yang membutuhkan kendaraan tangguh.