Ada anekdot populer di kalangan sopir angkot: Carry 1.0 itu seperti tank, cuma berbentuk kotak.
Ungkapan ini muncul bukan tanpa alasan.
Daya tahan mobil ini sungguh luar biasa.
Di tangan para sopir angkot, Suzuki Carry 1.0 biasa menempuh 5 rit (perjalanan pulang-pergi) per hari dengan rute minimal 20 km per rit. Artinya, dalam sehari bisa mencapai 100 km.
Jika dalam sebulan bekerja 25 hari, maka jarak tempuhnya sudah 2.500 km per bulan.
Dalam setahun, lebih dari 30.000 km ditempuh. Kalikan dengan masa pakai 20 tahun, maka total jaraknya mencapai 600.000 km—setara 14 kali keliling bumi.
Tidak heran bila banyak Carry yang odometernya sudah tidak terbaca.
Selain tangguh, mobil ini juga fleksibel. Dapat dijadikan pikap pengangkut hasil tani, minibus antar-jemput sekolah, hingga ambulans di desa terpencil.
Bahkan ada pula yang dimodifikasi jadi mobil dagang keliling atau kafe berjalan.
Meski usianya sudah tua, pengguna Suzuki Carry tidak kesulitan mencari suku cadang.
Berbagai part mulai dari orisinal hingga KW tersedia luas di pasaran.
Bengkel kecil di kampung pun bisa menangani perbaikannya.
Harga partnya pun sangat terjangkau.
Misalnya, kampas rem hanya Rp 50–100 ribuan, busi Rp 10–15 ribu, dan radiator bekas pun masih bisa ditemukan dengan harga Rp 150–200 ribu.
Hal inilah yang membuat Carry 1.0 menjadi mobil favorit masyarakat menengah ke bawah.
Meski produksi sudah berhenti hampir dua dekade, Suzuki Carry tetap dicari di pasar mobil bekas.