Proses pengadonan yang tepat juga memegang peranan penting dalam menciptakan tekstur yang diinginkan.
"Hasil akhirnya sangat memuaskan. Tekwan tetap kenyal, tidak keras, dan bahkan banyak yang tidak menyadari bahwa tidak ada ikan di dalamnya," jelasnya.
Untuk kuahnya, Liana juga melakukan modifikasi. Biasanya, kuah tekwan dibuat dari kaldu udang atau ikan.
Namun dalam versi ini, kuah dibuat dari rebusan jamur, daun bawang, jahe, dan bawang putih yang ditumis terlebih dahulu.
Ditambahkan sedikit kecap asin dan minyak wijen, kuah ini menghasilkan rasa gurih alami yang tidak kalah nikmat dengan versi aslinya.
"Rahasia utamanya ada di pemilihan rempah dan lama perebusan kaldu. Jamur memberikan umami alami yang menjadi pengganti sempurna dari rasa seafood," katanya.
Inovasi ini mendapatkan sambutan yang sangat positif dari masyarakat, terutama di kalangan vegetarian, penderita alergi ikan, dan mereka yang sedang menjalani diet sehat.
Bahkan, banyak pecinta tekwan tradisional yang mengaku terkejut dengan kelezatan tekwan versi tanpa ikan ini.
"Saya kira rasanya akan jauh berbeda, tapi ternyata tetap enak dan gurih. Malah terasa lebih ringan di perut," ujar Andi, salah satu pengunjung festival.
Kehadiran tekwan gandum ini membuka peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner, khususnya yang ingin menyasar pasar makanan sehat dan vegetarian.
Dengan bahan baku yang lebih mudah didapat dan harga yang lebih terjangkau dibandingkan ikan, produksi tekwan gandum pun dinilai lebih efisien.
Tidak hanya itu, makanan ini juga bisa menjadi alternatif bagi ekspor kuliner khas Indonesia ke luar negeri, terutama ke negara-negara yang memiliki banyak komunitas vegetarian atau vegan.
Bagi yang ingin mencoba membuatnya di rumah, berikut resep singkatnya:
Bahan-bahan:
200 gram tepung gandum protein tinggi
50 gram tepung tapioka