“Proses perbaikan jalan desa menjadi prioritas utama saat ini. Jika akses ini bisa diperbaiki secepatnya, warga dapat kembali beraktivitas dengan normal,” tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga telah menurunkan tim untuk meninjau lokasi dan merancang langkah-langkah penanganan lebih lanjut.
Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah pembangunan tanggul penahan longsor guna mencegah kejadian serupa di masa depan.
Bencana longsor ini kembali mengingatkan bahwa wilayah bantaran Sungai Musi memiliki risiko tinggi terhadap abrasi dan erosi tanah.
Ahli geologi dari Universitas Sriwijaya, Dr. Arief Sudirman, menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan longsor ini adalah derasnya arus sungai yang terus mengikis tanah di tepian.
“Tanah di sepanjang Sungai Musi memiliki struktur yang cukup rapuh. Jika debit air meningkat, maka abrasi akan semakin cepat terjadi, terutama jika tidak ada vegetasi yang cukup untuk menahan tanah,” jelasnya.
Dr. Arief juga menekankan pentingnya penanaman pohon di sepanjang bantaran sungai sebagai langkah mitigasi.
“Pemerintah dan warga setempat harus bekerja sama dalam penghijauan area ini. Akar-akar pohon dapat membantu menjaga kestabilan tanah dan mengurangi risiko longsor di masa depan,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menyarankan agar pemerintah daerah mempertimbangkan relokasi warga yang tinggal di zona rawan longsor agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Bencana tanah longsor di bantaran Sungai Musi ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya upaya mitigasi bencana.
Delapan keluarga telah kehilangan rumah mereka, sementara warga lainnya menghadapi kesulitan akibat jalan desa yang terputus.
Pemerintah daerah dan BPBD telah melakukan upaya tanggap darurat dengan memberikan bantuan serta mencari solusi jangka panjang.
Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana mencegah kejadian serupa terjadi kembali.
Dengan langkah-langkah strategis seperti penghijauan, pembangunan infrastruktur penahan longsor, serta potensi relokasi bagi warga di zona berisiko tinggi, diharapkan bencana ini tidak terus terulang di masa mendatang.
Saat ini, harapan warga Desa Kasmaran adalah pemulihan yang cepat, sehingga mereka bisa kembali menjalani kehidupan dengan normal dan lebih aman di masa yang akan datang.