Andi Prapto menegaskan bahwa upaya pencegahan DBD tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat.
BACA JUGA:Pastikan Seluruh Puskesmas Siap Layani Masyarakat
BACA JUGA:BPBD OKU Lakukan Pendampingan Program Stimulan Korban Banjir
"Kami mengimbau kepada seluruh warga OKU untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim hujan seperti sekarang ini. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, atau ruam kulit, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis," jelasnya.
Selain itu, Dinkes OKU juga mengadakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala dengan melibatkan kader kesehatan di setiap kelurahan dan desa.
Program ini bertujuan untuk memastikan tidak ada tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk di lingkungan masyarakat.
Dinkes OKU telah mengambil berbagai langkah strategis dalam menanggulangi lonjakan kasus DBD, antara lain:
• Sosialisasi dan Edukasi: Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui posyandu, puskesmas, dan sekolah-sekolah tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya.
• Fogging Terjadwal: Melakukan pengasapan (fogging) di daerah-daerah yang ditemukan kasus DBD untuk memutus rantai penularan.
• Pembagian Larvasida: Membagikan bubuk abate atau larvasida gratis untuk membunuh jentik nyamuk di tempat penampungan air.
• Monitoring Jentik Berkala: Mengadakan kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah-rumah warga secara berkala.
DBD memiliki gejala yang khas, seperti:
• Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 40°C)
• Nyeri di belakang mata
• Nyeri otot, sendi, dan tulang (sering disebut “breakbone fever”)
• Mual, muntah