Senada dengan Sarman, Linda (38), seorang ibu rumah tangga di daerah Lahat, juga mengeluhkan polusi yang diakibatkan kendaraan angkutan batubara.
Menurutnya, kesehatan anak-anaknya menjadi terganggu karena sering menghirup debu.
“Anak saya sering batuk-batuk karena debunya. Ini sudah lama terjadi, tapi tidak ada penyelesaian. Kami hanya ingin jalan ini bebas dari angkutan batubara,” katanya.
Pembangunan jalur khusus angkutan batubara sebenarnya telah lama diwacanakan sebagai solusi jangka panjang.
Dengan adanya jalur khusus, angkutan batubara tidak akan lagi melintas di jalan umum, sehingga kemacetan, polusi, dan kerusakan jalan dapat diminimalisir.
Namun, keterlambatan realisasi proyek ini menjadi salah satu kendala utama.