"Bahkan, pengelolaan Jakabaring yang kumuh dan tidak teratur sudah disampaikan melalui surat resmi, tetapi tidak ditindaklanjuti. Sebab, direktur Jakabaring merupakan kader Partai Nasdem, sama seperti HD," ujar Permana.
Selain itu, alasan lain mengapa MY maju Pilgub adalah perintah Prabowo sebai ketua umum Gerindra dimana MY sendiri saat itu sukses memenangkan Prabowo Gibran pada Pilpres 2024 lalu dengan perolehan suara yang cukup siknifikan.
"MY adalah Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Sumsel yang berhasil meraih suara 69,82 persen. Hal ini membuat Prabowo memberikan dukungan penuh agar MY mencalonkan diri sebagai gubernur," ungkapnya.
Namun, keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 Tahun 2024 memberikan peluang bagi pasangan Edy Santana-Riszki Aprilia dari PDIP untuk maju.
Hal ini memengaruhi elektabilitas MY karena suara Gerindra sebagian beralih ke Edy Santana, yang merupakan kader Partai Gerindra dan juga berasal dari kampung yang sama dengan MY, yakni Ogan Ilir.
Hal itulah yang menjadi salah satu faktor kekalahan Matahati.
Faktor kekalahan lainya yakni terkait isu politik uang, Permana menegaskan bahwa MY tidak menggunakan praktik tersebut.
"MY tidak nyiram (melakukan politik uang). Bahkan, saat ini tim 02 sedang melaporkan dugaan politik uang dari pihak 01," katanya.
Menurut Permana, langkah politik MY yang mengambil dukungan banyak partai adalah karena di awal perhitungan kami akan melawan secara heat to heat dengan pasangan HDCU.
"Keputusan untuk mengambil banyak dukungan partai adalah karena di awal kami memperkirakan akan berhadapan langsung dengan HD,'' bebernya.
Namun, perkembangan politik menjelang Pilgub menunjukkan peta kekuatan yang berubah diamana H-1,5 bulan keluar keputusan MK No 60 yang kemudian memberi peluang menjadi 3 pasang calon.
"Sebagian suara Gerindra beralih ke Eddy Santana karena faktor kedekatan wilayah dan partai," pungkas Permana.