Pasalnya, secara politik Harnojoyo mempunyai basis massa yang jelas karena 2 periode menjadi Walikota Palembang.
Selain itu Harnojoyo berasal dari Kabupaten Lahat yang masyarakatnya dikenal memiliki primordialisme yang tinggi.
“Keputusan MY melepas Harnojoyo dan menggandeng Anita Noeringhati itu kesalahan besar. Anita tidak mempunyai basis massa yang kuat,'' ungkapnya.
BACA JUGA:Rohidin-Meriani Akui Kemenangan Helmi-Mian di Pilgub Bengkulu 2024 : Permainan Sudah Selesai !
Indikasinya 4 periode menjadi anggota DPRD Sumsel perolehan suara Anita sangat minim dan kemudian gagal menjadi anggota DPR RI.
3. Menjadikan Syahrial Oesman (SO) sebagai panglima atau ketua tim pemenangan.
Sosok SO yang mantan Gubernur Sumsel sudah kurang populer saat ini.
Generasi muda saat ini tidak mengenal SO karena 15 tahun lalu menjabat gubernur.
''Lagipula nama baik SO sudah tercemar karena pernah menyandang terpidana kasus korupsi,'' ungkapnya.
Selian itu, jualan kampanye Matahati yaitu program Sekolah dan Berobat Gratis dinilai sudah tidak laku saat ini.
''Mengingat masyarakat sudah tahu bahwa program itu sudaj berjalan saat ini” ujar dosen perguruan tinggi swasta di Palembang ini.
Adriansyah menambahkan, blunder lainnya adalah saat kampanye dan debat publik.
Di mana, MY kerap menyalahkan, mencela dan mengkritik sosok dan program Herman Deru selama 5 tahun menjadi gubernur.
Padahal masyarakat tahu MY adalah wakilinya HD.
“Ini kan seperti memercik air didulang terpercik muka sendiri. Justru sikap HD yang cool dan tidak meladeni serangan MY itu justru mendapat simpati masyarakat,” paparnya.