Rencana awal pembangunan bendungan ini dirancang untuk mendukung sistem irigasi intensif di wilayah Belitang, yang saat itu menjadi kawasan strategis pertanian.
Wilayah Belitang secara geografis memiliki tanah lempung yang ideal untuk sawah, meskipun kandungan mineralnya tidak terlalu kaya.
Penelitian pada masa itu menunjukkan bahwa endapan lumpur dari Sungai Komering mampu memperkaya lahan dengan nutrisi yang diperlukan.
Rencana pembangunan dimulai pada tahun 1941, tetapi terganggu oleh situasi perang.
Struktur awal bendungan dibangun secara sederhana menggunakan karung tanah yang disusun di muara Sungai Komering.
Sistem ini hanya mampu mengalirkan air dalam jumlah terbatas, sehingga petani masih mengandalkan hujan untuk mengairi sawah mereka.
Setelah kemerdekaan, pembangunan bendungan modern baru terealisasi pada masa pemerintahan Orde Baru.
Bendungan Perjaya mulai dibangun pada tahun 1991 di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, dengan pengerjaan selesai pada tahun 1995.
Pada tahun 1996, bendungan ini mulai mengalirkan air ke wilayah Belitang, yang mengubah wajah pertanian di daerah tersebut.
Bendungan Perjaya dirancang untuk meningkatkan luas area irigasi di Belitang hingga 120.000 hektar.
Pada tahap awal pengoperasiannya di tahun 1994, jaringan irigasi sekunder telah melayani sekitar 20.968 hektar lahan.
Dengan dilengkapi sistem hidrolik modern, bendungan ini mampu mengalirkan air secara optimal, sehingga pasokan air untuk pertanian menjadi melimpah.
Transformasi besar terjadi di Belitang.
Wilayah yang sebelumnya berupa hutan dengan hewan liar seperti gajah, babi hutan, dan rusa, kini berubah menjadi area pertanian yang produktif.