Namun, di tengah tren penurunan harga ini, harga jagung di tingkat peternak justru mengalami kenaikan sebesar Rp240 atau 4,05 persen menjadi Rp6.170 per kg.
Kenaikan ini dapat mempengaruhi biaya produksi di sektor peternakan, terutama untuk pakan ternak.
Penurunan harga ini disambut positif oleh masyarakat, terutama konsumen yang selama beberapa bulan terakhir merasakan tekanan akibat harga bahan pokok yang fluktuatif.
Penurunan harga cabai merah keriting dan cabai rawit merah, misalnya, menjadi kabar baik bagi rumah tangga dan pelaku usaha kuliner yang sangat bergantung pada komoditas ini.
Menurut para analis pasar, penurunan harga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti peningkatan pasokan di tingkat produsen, stabilisasi harga oleh pemerintah melalui Bulog, dan pengendalian distribusi.
Selain itu, cuaca yang relatif mendukung di beberapa sentra produksi juga berkontribusi terhadap peningkatan hasil panen.
Bapanas mengimbau masyarakat untuk tetap memantau perkembangan harga secara rutin, terutama menjelang akhir tahun di mana permintaan biasanya meningkat.
Pemerintah juga terus berupaya menjaga kestabilan harga melalui berbagai kebijakan, seperti operasi pasar, subsidi, dan kerja sama dengan para pelaku usaha.
Selain itu, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk melakukan pembelian sesuai kebutuhan tanpa melakukan aksi borong, agar distribusi tetap merata dan harga stabil di pasar.
Penurunan harga bahan pokok ini mencerminkan upaya nyata pemerintah dan berbagai pihak dalam menjaga stabilitas harga pangan di Indonesia.
Dengan terus menjaga koordinasi antara produsen, distributor, dan pemerintah, diharapkan tren penurunan ini dapat bertahan lebih lama, memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas.
Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama menghadapi fluktuasi cuaca dan potensi gangguan distribusi yang dapat mempengaruhi harga di pasar.
Oleh karena itu, langkah antisipasi perlu terus dilakukan agar kebutuhan pangan masyarakat tetap terjangkau dan stabil.