Asal Usul dan Sejarah Gelumbang Muaraenim : Legenda Raden Kemas Padede hingga Pembentukan Dusun Gelumai !

Rabu 13 Nov 2024 - 12:00 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Seiring waktu, tempat ini semakin ramai dan menjadi pusat perdagangan lokal.

Raden Wihardjo bersama penduduk lainnya kemudian bermufakat untuk memperluas dusun agar mampu menampung lebih banyak orang.

Daerah yang mereka tempati mulai sesak, sehingga mereka memutuskan untuk membuat perahu besar yang dapat digunakan untuk mengangkut barang dan orang ke tempat-tempat yang lebih jauh.

Dengan tekad dan kerja sama, mereka akhirnya membangun dusun baru yang diberi nama Gelumai, sementara tempat asal mereka disebut Pangkalan Kuta.

Dusun Gelumai perlahan berkembang menjadi pusat kegiatan perdagangan.

Pedagang dari berbagai daerah seperti Kayu Agung dan Palembang datang ke dusun ini membawa barang dagangan seperti peralatan rumah tangga, tembakau, dan garam.

Masyarakat di dusun Gelumai menjalankan aktivitas perdagangan secara barter, menggunakan kulit hewan, hasil bumi, dan barang-barang lainnya sebagai alat tukar.

Nama Gelumbang memiliki cerita tersendiri yang penuh makna.

Dikisahkan bahwa Raden Wihardjo dan istrinya, Huminah, memiliki seorang putra bernama Raden Djakso Wihardjo. Ketika beranjak dewasa, Djakso Wihardjo sering kali jatuh sakit.

Menurut petuah dari tokoh masyarakat setempat, nama tersebut dianggap tidak sesuai dengan kondisi fisiknya. Maka, namanya diganti menjadi Raden Kemas Perdede, yang dipercaya akan membawa keberuntungan dan kesehatan.

Seiring waktu, Raden Kemas Perdede tumbuh menjadi pemuda gagah yang disegani.

Namun, nasib berkata lain ketika ayah dan ibunya meninggal dunia. Kepergian mereka meninggalkan duka yang mendalam bagi Raden Kemas Perdede.

Pada suatu hari, ia merasakan firasat buruk tentang makam orang tuanya dan memutuskan untuk menziarahi makam tersebut.

Dalam perjalanannya menuju makam, ia terjebak dalam badai besar yang menyebabkan sungai meluap dan menghapuskan makam orang tuanya yang terletak di Pangkalan Kuta.

Arus gelombang besar tersebut membuat makam orang tuanya hilang seakan tidak pernah ada.

Kejadian dramatis ini meninggalkan kesan mendalam bagi Raden Kemas Perdede dan masyarakat Gelumai.

Kategori :