Sungai Musi dan anak sungainya yang panjang menjadi akses utama.
Para pengembara ini mengarungi sungai hingga tiba di sebuah anak sungai yang airnya jernih dan kaya akan ikan.
Sungai tersebut adalah Sungai Belida, yang kelak menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Gelumbang.
BACA JUGA:Jejak Keturunan Puyang Serunting : Tradisi dan Ciri Khas yang Terjaga di Kedurang Bengkulu Selatan !
Pada masa Kerajaan Majapahit, daerah Gelumbang masih berupa hutan lebat.
Di hulu anak sungai ini, terdapat sebuah daerah dengan lebar sekitar 70 meter dan kedalaman 7 meter.
Para pengembara yang datang menggunakan perahu jukung akhirnya berlabuh di salah satu pesisir sungai tersebut.
Menurut cerita yang turun-temurun, rombongan pengembara ini dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Raden Kuning beserta para pengawalnya.
Mereka memilih untuk menetap di sana dalam waktu yang cukup lama.
Namun, kemudian Raden Kuning dan beberapa pengikutnya meninggal dunia di daerah tersebut akibat penyakit.
Kini, tempat mereka dimakamkan dikenal sebagai Keramat Talang Manyan.
Pada tahun 1452, tanggal 3 Juli, datanglah sepasang suami istri beserta rombongannya.
Mereka adalah Raden Wihardjo atau dikenal juga sebagai Mardin, bersama istrinya Huminah.
Pasangan ini kemudian menetap di sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Pengkalan Kuta.
Keberadaan tanah subur dan sungai yang penuh dengan ikan membuat daerah ini menjadi tempat yang ideal untuk bercocok tanam dan berternak.