Waspada ! DBD di Sumsel Capai 5.243 Kasus

Jumat 08 Nov 2024 - 20:57 WIB
Reporter : Robiansyah
Editor : Dahlia

BACA JUGA:Asyik ! Gaji Guru Berbasis Sertifikasi Naik Rp2 Juta

BACA JUGA:Korban Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur Mencapai 10 Orang : Warga Mengungsi !

Andi  berharap agar pihak berwenang bisa lebih intens dalam melakukan fogging (penyemprotan insektisida) dan kampanye untuk mengurangi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD.

Senada dikatakan Ety. Menurut  rumah tangga yang juga tinggal di Kembuning Kota Palembang, dirinya juga merasa khawatir dengan kondisi ini.

"Musim hujan seperti sekarang memang rentan terhadap penyakit ini. Kami berharap ada edukasi yang lebih intens kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk," harapnya, 

Di sisi lain, Reni, salah seorang warga di Baturaja OKU  menilai bahwa upaya pengendalian DBD harus melibatkan peran aktif masyarakat. 

BACA JUGA:Yeni Roslaini : Harus Ada Keterwakilan Perempuan di Komisi Informasi Sumsel 2024-2028 !

BACA JUGA:KPK Ingatkan Pejabat Baru untuk Patuhi Kewajiban LHKPN

“Pemerintah memang harus menyediakan fasilitas dan sumber daya untuk penanggulangan DBD, namun kita sebagai warga juga harus lebih disiplin dalam menjaga kebersihan, terutama di rumah dan sekitar lingkungan,” tambahnya.

Aan, warga Muara Enim berharap agar langkah-langkah preventif yang lebih nyata dapat segera diterapkan untuk menurunkan jumlah kasus DBD yang semakin meningkat.

"Saya berharap kesadaran masyarakat semakin tinggi agar lingkungan dapat tetap bersih dan bebas dari genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, " tandasnya. 

Terpisah Pemerhati Lingkungan Idham Rianom. Idham, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Palembang Bangkit (FPB), menilai bahwa tingginya angka DBD di tahun ini, yang jauh lebih tinggi dibandingkan 2023 yang tercatat hanya 2.804 kasus, mencerminkan perlunya kolaborasi lebih kuat antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk mengatasi masalah ini.

Idham mengungkapkan bahwa DBD merupakan masalah kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

“Penyakit ini tidak hanya terkait dengan cuaca atau musim hujan, tetapi lebih pada bagaimana kita mengelola lingkungan kita. Genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti sangat mudah ditemukan di sekitar kita, baik itu di pemukiman padat penduduk, perumahan, maupun area publik,” ujar Idham, yang juga dikenal aktif dalam gerakan lingkungan di Palembang.

Idham menambahkan bahwa meskipun penyemprotan fogging dan upaya dari pemerintah untuk mengurangi angka DBD sudah dilakukan, keberhasilan pengendalian penyakit ini tidak akan maksimal tanpa partisipasi aktif dari masyarakat.

“Kami sangat mendukung langkah-langkah pencegahan yang diambil oleh Dinas Kesehatan, namun penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan. Setiap rumah tangga perlu lebih peduli untuk memeriksa tempat penampungan air seperti bak mandi, tempat air minum, atau barang bekas yang dapat menampung air hujan,” katanya.

Kategori :