Pohon ini juga melambangkan keberanian dan keteguhan hidup masyarakat pesisir yang gigih menghadapi kondisi alam yang menantang.
Di Nusa Tenggara Timur, lontar disebut “tuak” dan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan hanya sebagai bahan pangan lontar juga sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan.
Masyarakat setempat percaya bahwa pohon lontar adalah pemberian alam yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Sungai Lematang : Ikon Alam dan Identitas Budaya Masyarakat Lahat !
BACA JUGA:Asal Usul dan Nama 9 Anak Sungai Musi : Kekayaan Alam dan Budaya Sumatera Selatan !
Buah lontar memiliki tekstur kenyal dan rasanya manis dengan sedikit aroma khas yang menyegarkan.
Daging buah lontar mengandung air yang tinggi sehingga sangat menyegarkan dan cocok sebagai pelepas dahaga terutama di musim panas.
Selain itu, buah lontar kaya akan kandungan gizi seperti vitamin C, vitamin B, zat besi, potasium dan serat.
Kandungan airnya yang tinggi juga membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi.
BACA JUGA:Asal Usul dan Legenda Gunung Seminung : Perjalanan Masyarakat Lampung dari Zaman Nabi Nuh !
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Buah Matoa : Keunikan dan Keistimewaan Buah Asli Papua dan Maluku yang Kaya Manfaat !
Secara tradisional buah lontar juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan seperti membantu pencernaan, menjaga kesehatan kulit dan memberikan efek pendinginan bagi tubuh.
Dalam pengobatan tradisional, daging dan air buah lontar sering digunakan sebagai penawar panas dalam dan untuk meningkatkan stamina tubuh.
Tidak hanya daging buahnya, nira atau air sadapan dari pohon lontar juga sangat berharga.
Nira lontar diolah menjadi berbagai produk seperti gula lontar (gula aren), cuka lontar hingga minuman fermentasi yang disebut tuak.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Muara Belida di Muaraenim : Kecamatan Bersejarah dengan 3 Sungai Besar !
Proses penyadapan nira membutuhkan keahlian khusus di mana petani harus menaiki pohon lontar yang tinggi untuk mengumpulkan air sadapan.
Setelah dikumpulkan, nira tersebut dimasak hingga mengental menjadi gula atau difermentasi untuk dijadikan minuman tradisional.
Selain itu, buah lontar sering diolah menjadi minuman segar atau es campur yang dikenal sebagai “es siwalan” di beberapa daerah terutama di Jawa Timur.