"Biasanya tengkulak datang sendiri saat panen. Jadi, saya hanya perlu menunggu," ujarnya.
Dengan adanya tengkulak, hasil panen bisa langsung dijual tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi atau pengemasan.
Harga jual semangka di tingkat petani saat ini berkisar sekitar Rp5.000 per kilogram.
Harga ini bisa berubah-ubah tergantung pada kondisi pasar dan permintaan konsumen.
Meski terkadang fluktuasi harga terjadi, Aam mengaku tetap merasakan keuntungan yang cukup memadai dari budidaya semangka.
Meski budidaya semangka menjanjikan, Aam menyadari ada tantangan yang perlu dihadapi, seperti perubahan cuaca yang tidak menentu dan serangan hama yang bisa merusak tanaman.
Cuaca yang terlalu basah atau terlalu kering sama-sama mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Namun, dengan perawatan yang intensif dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan, Aam merasa optimis hasil panennya tetap akan memuaskan.
Budidaya semangka telah menjadi sumber penghasilan yang cukup stabil bagi Aam dan keluarganya.
Pendapatan dari hasil panen ini mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari sekaligus menjadi modal untuk memperluas usaha tani lainnya.
Dengan perawatan yang baik dan rotasi tanaman yang efektif, Aam berharap usahanya ini dapat terus berlanjut dan semakin berkembang.
"Harapan saya, usaha ini bisa terus berlanjut dan menjadi lebih besar lagi. Semangka ini bisa jadi sumber penghasilan yang baik jika dikelola dengan sungguh-sungguh," ungkapnya.
Aam juga membagikan beberapa tips bagi petani lain yang ingin mencoba budidaya semangka:
1. Pemilihan Lahan yang Tepat
Menurut Aam, lahan yang baik untuk budidaya semangka harus terkena sinar matahari langsung dan memiliki drainase yang baik.
Ini karena semangka memerlukan banyak sinar matahari untuk pertumbuhan optimal dan tanah yang tidak mudah tergenang air.