OJK berupaya menciptakan kerangka hukum yang dapat memfasilitasi perkembangan teknologi baru tanpa mengabaikan perlindungan konsumen.
Selain itu, Satrio menyoroti pentingnya pengawasan dalam pemanfaatan blockchain agar tidak disalahgunakan untuk kegiatan ilegal seperti pencucian uang atau pendanaan terorisme.
Oleh karena itu, regulasi yang sedang dirancang bertujuan untuk memastikan keamanan dan keberlangsungan teknologi ini di Indonesia.
BACA JUGA: Bank Mandiri Fokus pada Pengembangan UMKM melalui Penyaluran KUR dan Digitalisasi Transaksi
BACA JUGA:Bank Indonesia Catat Modal Asing Masuk Bersih Rp15,91 Triliun Dalam Sepekan !
Di sisi lain, ekonom senior Bank Indonesia, Akhmad Ginulur Pangersa, menyoroti pentingnya keseimbangan antara inovasi teknologi dan regulasi dalam pengembangan ekosistem keuangan digital.
Menurut Akhmad, regulasi yang terlalu ketat dapat menghambat inovasi, sedangkan kurangnya regulasi berpotensi menimbulkan risiko keamanan dan ketidakpastian di pasar.
"Menemukan keseimbangan yang tepat antara inovasi dan regulasi sangat krusial bagi pengembangan ekosistem aset digital," kata Akhmad.
Menurutnya, Bank Indonesia terus berkolaborasi dengan otoritas terkait dan pelaku industri untuk memastikan bahwa pengembangan teknologi seperti blockchain berjalan seiring dengan regulasi yang sesuai dan melindungi kepentingan semua pihak.
Teknologi blockchain menjadi tren terbaru di sektor keuangan, terutama dengan meningkatnya popularitas tokenisasi dan aset kripto.
Blockchain memungkinkan pencatatan transaksi yang aman, transparan, dan tidak dapat diubah, yang menjadi dasar bagi banyak proyek inovatif di sektor keuangan.
Seiring dengan upaya pengembangan blockchain di Indonesia, Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) dan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) menggelar Indonesia Blockchain Conference (IBC) 2024.
Konferensi ini diadakan untuk memperluas jaringan internasional dan memperkuat kemitraan lintas negara dalam mengatasi tantangan-tantangan di ekosistem blockchain dan aset kripto.
Acara tersebut melibatkan pembicara dari berbagai instansi penting, termasuk Bank Indonesia, BRI, OJK, McKinsey & Company, Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, dan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC).
Konferensi ini juga dihadiri oleh 300 peserta dari berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.
Ketua ABI – ASPAKRINDO, Robby, berharap bahwa hasil diskusi dari konferensi ini akan membantu mempercepat pengembangan ekosistem blockchain dan menarik minat investor untuk mendukung proyek-proyek berbasis teknologi ini.