Selain dari kebijakan domestik, pasar juga merespons positif langkah yang diambil oleh The Fed.
Dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) pada September 2024, The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen.
Langkah ini diambil guna menstabilkan ekonomi AS yang sedang menghadapi berbagai tantangan, termasuk inflasi dan ketidakpastian di pasar global.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 5 September 2024 : Menguat 64 Poin Menjadi Rp15.416 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 3 September 2024 : Merosot 42 Poin Tersentuh Level Rp15.567 per Dolar AS
Pemangkasan FFR tersebut memberikan dampak signifikan terhadap pasar global, termasuk di Indonesia.
Menurut Ariston, pasar masih merespons positif kebijakan pemangkasan suku bunga AS, dan ini memberikan harapan bagi langkah-langkah lanjutan dari The Fed dalam menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
"Pasar melihat ini sebagai sinyal positif bahwa bank sentral AS siap melakukan intervensi lebih lanjut jika diperlukan untuk menyeimbangkan perekonomian global. Dengan demikian, sentimen positif ini turut memberikan dampak pada pergerakan mata uang di berbagai negara, termasuk rupiah," jelas Ariston.
Meski mengalami pelemahan tipis pada awal perdagangan, Ariston optimis bahwa rupiah masih berpotensi menguat dalam beberapa waktu ke depan.
Ia memperkirakan bahwa mata uang Indonesia ini bisa menguat hingga menyentuh level Rp15.080 per dolar AS, yang merupakan kisaran terendah pada akhir pekan kemarin.
Namun, ia juga mencatat adanya potensi resisten di kisaran Rp15.200 per dolar AS, yang dapat menjadi batas atas pergerakan rupiah hari ini.
"Rupiah bisa menguat jika sentimen pasar tetap positif, terutama jika Bank Indonesia menunjukkan komitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan yang lebih akomodatif," tambah Ariston.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa terdapat beberapa faktor eksternal yang masih dapat mempengaruhi pergerakan rupiah.
Salah satunya adalah ketidakpastian di pasar global yang masih tinggi, terutama terkait kebijakan ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Eropa.
Tidak hanya kurs rupiah, sentimen pasar terhadap risiko juga terlihat positif pada Senin pagi ini.
Beberapa indeks saham di kawasan Asia tercatat berada di zona hijau, yang mengindikasikan bahwa pelaku pasar merespons positif berbagai kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral di berbagai negara.