4. Demografi Sosio-Keagamaan: Meliputi heterogenitas keagamaan penduduk dan tingkat inklusi sosial keagamaan.
Dengan skor tertinggi 6,500, Singkawang menunjukkan keberhasilan dalam menciptakan ekosistem yang toleran.
Menurut Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, keberhasilan ini tidak terlepas dari kepemimpinan yang baik dalam mengelola keberagaman.
BACA JUGA:6 Kabupaten dan Kota yang Ada Bandara di Sumatera Selatan : Dari Perintis hingga Internasional !
BACA JUGA: 7 Kabupaten Paling Muda di Sumatera Selatan : Daerah Baru dengan Kekayaan Alam Melimpah !
Singkawang menjadi contoh di mana pemerintah daerah aktif berupaya menciptakan situasi yang mendukung toleransi antarumat beragama.
Kota ini telah melaksanakan berbagai program yang mempromosikan dialog antaragama, kegiatan sosial lintas komunitas, serta regulasi yang mendukung keberagaman.
Selain itu, pemerintah setempat juga berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran dalam mendukung inisiatif toleransi.
Sementara itu, Kota Depok mendapatkan skor terendah 4,010, disusul oleh Cilegon dengan skor 4,193.
Halili Hasan menekankan bahwa kedua kota ini masih menghadapi persoalan serius dalam hal kepemimpinan untuk membangun ekosistem toleransi.
Dia menjelaskan bahwa ada tiga aspek kepemimpinan yang penting: kepemimpinan politik, kepemimpinan birokrasi, dan kepemimpinan sosial.
Kepemimpinan politik di Depok dan Cilegon dinilai kurang dalam menyusun kebijakan yang mendukung toleransi.
Misalnya, di Cilegon, tidak ada satu pun gereja yang ada.
Padahal kota ini merupakan bagian dari Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman.
Ini menunjukkan kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dalam menyediakan ruang bagi berbagai komunitas agama.
Berikut adalah daftar 10 kota dengan skor toleransi terendah menurut SETARA Institute: