BACA JUGA:Kesuksesan dalam Genggaman: Mengapa Kita Butuh Allah dalam Setiap Langkah
Menurut Ibnu Qayyim, ayat ini menunjukkan bahwa hidayah Allah dikaitkan dengan jihad. Orang yang paling sempurna hidayahnya adalah orang yang paling sempurna jihadnya.
Jihad yang paling wajib adalah jihad melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu, melawan setan, dan melawan godaan dunia.
Siapa yang berhasil dalam empat jihad ini, yaitu jihad terhadap diri, hawa nafsu, setan, dan dunia, maka Allah akan memberinya hidayah menuju jalan-jalan keridhaan-Nya. Jalan-jalan ini pada akhirnya akan membawa seseorang kepada surga.
Jihad dan Hidayah
Allah menjanjikan hidayah kepada mereka yang bersungguh-sungguh dalam berjihad di jalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa jihad bukan sekadar perjuangan fisik, melainkan perjuangan batin yang lebih mendalam.
BACA JUGA:Uban: Cahaya Keimanan yang Menyinari Hari Kiamat
BACA JUGA:Empat Tanda Cinta kepada Allah dalam Al-Qur’an: Panduan Umat Beriman
Seorang yang melawan hawa nafsunya karena Allah akan mendapatkan hidayah dan bimbingan menuju jalan-jalan yang lurus.
Ibnu Qayyim melanjutkan dengan menyebutkan bahwa siapa pun yang meninggalkan jihad melawan dirinya, hawa nafsunya, setan, dan dunia, maka ia akan kehilangan hidayah sebanyak jihad yang ia tinggalkan.
Tanpa jihad batin ini, seseorang akan mudah terperangkap dalam godaan dunia dan hawa nafsu yang dapat menjauhkannya dari Allah.
Kemenangan Melawan Musuh Batin
Salah satu ulama sufi terkemuka, Al-Junaid, memberikan penjelasan yang sangat indah terkait hal ini. Ia berkata bahwa seseorang tidak akan mampu berjihad melawan musuh lahiriyahnya kecuali jika ia telah memenangkan jihad melawan musuh batinnya, yaitu hawa nafsu.
BACA JUGA:Islam Bukan Agama Prasmanan: Mengapa Kita Harus Mengamalkan Ajaran Secara Keseluruhan
BACA JUGA:Hikmah Kehidupan: Saat Allah Menghendaki Kebaikan pada Diri Kita
Al-Junaid berkata, “Barang siapa yang menang melawan musuhnya yang batin, ia akan menang melawan musuhnya yang lahiriyah.