Hukuman minimal yang akan diberikan adalah larangan bertanding selama enam bulan, namun tidak menutup kemungkinan hukuman yang lebih berat akan dijatuhkan.
"Saya telah melakukan koordinasi dengan TD PSSI. Mereka menyatakan bahwa untuk atlet yang memukul wasit, sanksi minimal adalah larangan bermain selama enam bulan. Namun, PSSI menyebutkan bahwa sanksi maksimal juga bisa diterapkan," ujar Suwarno.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, turut mengecam keras insiden ini.
BACA JUGA:Thom Haye Bergabung dengan Almere City: Pilihan Rasional dan Emosional untuk Musim 2024/2025
BACA JUGA:Di Kandang Sendiri : Sriwijaya FC Ditahan Imbang PSKC Cimahi di Liga 2 Indonesia !
Ia menyatakan bahwa tindakan pemukulan wasit adalah sesuatu yang tidak dapat ditoleransi dalam dunia sepak bola Indonesia.
Erick Thohir menegaskan bahwa PSSI akan melakukan investigasi mendalam terkait insiden ini, dimulai dengan mengevaluasi kepemimpinan wasit dalam pertandingan tersebut.
Menurutnya, ada beberapa keputusan yang dinilai janggal dan memicu kemarahan dari pihak Sulawesi Tengah.
"Kami sangat menyayangkan tindakan tidak sportif yang dilakukan oleh pemain Sulawesi Tengah. Kami akan melakukan investigasi penuh, tidak hanya terhadap pemain tetapi juga terhadap kinerja wasit dalam pertandingan tersebut," ungkap Erick Thohir dalam pernyataannya kepada media.
Insiden pemukulan wasit ini menimbulkan diskusi lebih luas tentang bagaimana PON, yang seharusnya menjadi ajang persatuan dan silaturahmi, justru diwarnai oleh tindakan tidak sportif.
Suwarno menekankan bahwa PON tidak hanya sekadar ajang untuk menunjukkan prestasi atletik, tetapi juga untuk mempererat tali persaudaraan di antara atlet dari berbagai daerah.
Oleh karena itu, tindakan seperti ini sangat mencederai semangat PON yang menjunjung tinggi kebersamaan.
"Dalam kaitannya dengan PON, kita tidak semata-mata bertanding untuk menunjukkan prestasi terbaik masing-masing. Tetapi juga diutamakan dalam merajut persatuan dan tali silaturahmi yang bertemu saat peristiwa PON," jelas Suwarno.
Sementara itu, PSSI juga tengah mempertimbangkan kemungkinan memberikan sanksi maksimal kepada Muhammad Rizki, tidak hanya berupa larangan bertanding selama enam bulan, tetapi juga denda finansial serta larangan untuk mengikuti kegiatan sepak bola di tingkat nasional.
Hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera kepada atlet lainnya, sekaligus menunjukkan bahwa tindakan kekerasan tidak akan pernah ditoleransi di dunia olahraga.
"Dari peristiwa ini, kami sudah berkoordinasi dengan TD PSSI. Kami sepakat untuk memberikan sanksi yang sesuai kepada pemain tersebut," kata Suwarno menegaskan.