Dia mengungkapkan bahwa sejak tiga bulan terakhir dirinya menjalani program latihan yang sangat ketat di bawah arahan pelatih.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Pimpin Sidang Paripurna Perdana di Istana Garuda IKN
BACA JUGA:Otoritas Bandara Berlakukan Notam Pembukaan PON XXI 2024 Aceh-Sumut
Setiap harinya, Icha harus menjalani dua sesi latihan pagi dan sore tanpa hari libur.
Semua ini dilakukan demi mencapai performa optimal di kejuaraan besar pertama sekaligus menggapai medali emas yang diimpikannya.
Icha mengatakan, tantangan terbesar bagi dirinya bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental.
Meskipun sudah mempersiapkan diri dengan matang, rasa grogi sempat menghinggapi sebelum pertandingan.
Namun, Icha berhasil mengatasi perasaan tersebut dengan baik berkat dukungan dari pelatih dan orang tua yang hadir langsung di arena untuk menyaksikan penampilannya.
"Grogi sempat, karena latihan kemarin kan sempat tegang banget. Tapi alhamdulillah bisa kontrol di dalam lapangan," ujarnya
Dengan ketenangan dan kontrol emosi yang baik, Icha mampu tampil maksimal dan menunjukkan performa terbaiknya.
Penilaian juri yang mencakup eksekusi, keindahan gerakan, serta tingkat kesulitan menjadi bukti dari kerja keras yang telah dijalaninya.
Dari ketiga aspek tersebut, Icha meraih poin eksekusi 7.700, nilai keindahan gerakan sebesar 8.050, serta nilai kesulitan 2.900.
Mencintai Aerobik
Perjalanan Icha di dunia senam dimulai sejak usianya masih sangat belia. Pada umur 10 tahun, dia mulai tertarik pada cabang olahraga ini ketika mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) cabang senam lantai.
Meskipun saat itu dia belum berhasil meraih prestasi gemilang, pengalaman tersebut membawanya berkenalan dengan senam aerobik melalui seorang teman.
"Ada teman aku yang terjun ke dunia aerobik duluan. Jadi aku dikenalin sama temen aku ke aerobik dan akhirnya aku ikut latihan dan ternyata seru jadi aku suka," kata Icha mengenang awal kariernya.