Icha semakin serius menekuni senam aerobik, dan mulai mengikuti kompetisi-kompetisi antar klub.
Tekadnya semakin bulat ketika dia mengetahui bahwa PON merupakan ajang tertinggi di level nasional untuk cabang olahraga senam aerobik.
Sejak saat itu, dia terus memacu diri untuk meraih prestasi tertinggi.
Menurutnya, salah satu pelajaran paling berharga yang dia dapatkan dari dunia senam adalah konsistensi dan disiplin.
Latihan keras tanpa henti menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya, terutama menjelang kompetisi besar seperti PON.
Dia juga harus pandai membagi waktu antara kuliah dan latihan.
Sebagai mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Icha harus pintar-pintar mencari jadwal kuliah yang tidak bentrok dengan jam latihan.
"Kalau latihan aku itu kan pagi dan sore. Jadi aku cari jadwal kuliah yang siang atau yang enggak bentrok dengan jam latihan," ungkapnya.
Semua kerja keras dan pengorbanan tersebut akhirnya terbayar dengan medali emas yang diraihnya di PON XXI.
Icha mempersembahkan kemenangan ini untuk kedua orang tuanya yang selalu memberikan dukungan penuh sejak awal perjalanan kariernya.
Sebagai anak tunggal, dia merasa bahwa prestasinya ini adalah hadiah yang bisa dia berikan kepada orang tua.
"Mama selalu kasih semangat, bahkan mama juga suka kasih kritik kalau aku lagi latihan. Jadi medali ini untuk orang tua dan juga tim pelatih," ucapnya.
Dukungan Pelatih
Kesuksesan Icha juga tak lepas dari bimbingan sang pelatih Fahmy Fachrezzy yang selalu mendorongnya untuk terus meningkatkan kemampuan.
Fahmy menuturkan bahwa meskipun Icha baru memasuki kategori senior, grafik peningkatan performanya sangat signifikan.
Dia percaya bahwa dengan potensi besar yang dimiliki, Icha bisa melangkah lebih jauh lagi di masa depan.