Terpisah, Anwar, warga Mulya Guna, Kecamatan Teluk Gelam menuturkan, yang namanya virus berbahaya memang harus selalu diwaspadai, apalagi covid-19 yang pernah menjadi masalah nasional.
"Saya pribadi beranggapan seperti itu. Kendati demikian, saya juga setuju jika ada masyarakat yang bilang jangan terlalu khawatir berlebihan. Kenapa? karena kita sudah pernah berhadapan yang namanya covid-19 ini," tuturnya.
Ia menambahkan, covid-19 bukanlah virus baru yang belum dikenal oleh masyarakat Indonesia, sehingga bukanlah sesuatu yang sulit untuk dihadapi.
"Kalau sebelumnya sudah berhasil diturunkan, bahkan di tahun 2023 ini sudah hampir tidak pernah terdengar lagi. Kenapa tidak menggunakan cara-cara serupa untuk menangani covid-19. Intinya, kalau ada lonjakan, gunakan kembali upaya terdahulu," tutupnya.
Tak Akan Mewabah
Ahli Mikrobiologi Prof Dr dr Yuwono M Biomed mengingatkan, pemerintah dan juga masyarakat untuk tidak perlu panik, meski kasus covid-19 terjadi lonjakan karena varian baru.Namun, dia menilai varian baru itu tidak akan mewabah dan terjadi pandemik.
Kenaikan kasus di beberapa negara karena varian baru E5 (omicron). Di Malaysia dan Singapura dikenal dengan Eris."Jumlah kasus di negara-negara itu agak lebih banyak saja. Cuma peningkatan dari kasus yang memang tidak akan pernah hilang," tegas Yuwono.
Seperti yang pernah ia sampaikan sebelumnya, setelah omicron keluar, maka wajah asli covid itu keluar. Sebelumnya ada Alpha, Beta, delta. Tapi begitu omicron keluar, maka wajah asli covid sudah keluar.
“Waktu itu saya sudah bilang, setelah wajah asli covid keluar November 2021, maka diprediksi beberapa bulan kemudian covid berakhir. Ternyata benar, Februari 2022, kasusnya sangat landai, turun,” bebernya.
Karena itu, ketika omicron keluar, maka sebenarnya tidak lagi terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan. Sekarang ini, yang menyebabkan kasus covid kembali meningkat adalah sub varian dari omicron.
“Tapi masyarakat jangan cemas. Kemudian, gejala seseorang yang tertular varian ini boleh dikatakan ringan, tidak ada hal yang baru,” imbuh Yuwono.
Cuma ada sedikit kelihatan dampak untuk yang kena varian terbaru, Eris. Ada beberapa penderita yang alami alergi mirip-mirip orang sebelum flu, bersin-bersin atau alergi kulit dan gangguan saluran pernapasan.
Meski begitu, Prof Yuwono menegaskan, varian omicron dan eris ini tidak akan menjadi wabah, apalagi pandemi."Saya selalu konsisten sejak awal mengimbau, jaga imunitas tubuh, dengan tidur cukup, makan enak, kemudian beraktivitas, dan berpikir positif. Tambah lah minum suplemen dan hal yang menyehatkan lainnya,” kata dia.
Ia kembali menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dan termakan isu atau rumor meningkatnya kasus Covid saat ini.“Sekali lagi, secara hitungan ilmiah tidak mungkin terjadi lagi wabah atau pandemi covid seperti beberapa tahun lalu,” tegasnya.
Lagi pula, penemuan sub varian omicron ini sebenarnya bukan karena surveilans. Tapi ditemukan secara tidak sengaja.Seseorang yang berobat ke rumah sakit dengan beberapa keluhan batuk dan pilek, kemudian dites covid dan hasilnya ternyata positif.
"Saya pernah mengalami beberapa bulan lalu. Periksa ke salah satu klinik sebelum pergi ke acara pertemuan dengan orang-orang asing.Syaratnya harus tes covid. Saya tidak ada keluhan apa-apa, tapi hasil tes positif covid. Setelah tes ulang, ternyata negatif,” bebernya.