KORANPALPOS.COM - Joko Supriyono, mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) periode 2015-2023, menyatakan bahwa industri kelapa sawit saat ini berada di persimpangan jalan.
Dalam peluncuran bukunya yang berjudul "Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global," Joko mengungkapkan bahwa kelapa sawit menghadapi tantangan besar yang bisa menentukan masa depannya—apakah kembali berjaya atau mengalami stagnasi.
Menurut Joko, buku ini adalah upaya untuk menarik perhatian semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan pelaku usaha, untuk mendukung pertumbuhan industri kelapa sawit yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia.
BACA JUGA:9 Provinsi dengan Perkebunan Sawit Paling Luas di Indonesia : Sumatera Selatan Termasuk !
BACA JUGA:7 Raja Minyak Sawit di Indonesia : Menguak Sosok-sosok di Balik Kesuksesan Industri Sawit Nasional !
"Harapan saya dengan buku ini adalah membuka mata banyak pihak agar komoditas ini bisa kembali berjaya. Jangan sampai nasibnya serupa dengan komoditas lain seperti kakao, kapas, karet, dan gula yang dulunya menjadi andalan ekspor namun kini harus kita impor," ungkap Joko dalam acara peluncuran di Jakarta, Kamis.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri kelapa sawit adalah persaingan dengan minyak nabati lain seperti biji bunga matahari dan rapeseed.
Setiap negara produsen minyak nabati tersebut melakukan proteksi khusus untuk menjaga keberlangsungan industrinya.
BACA JUGA:Sawit dan Kopi Jadi Penopang Utama Ekonomi Bengkulu pada Triwulan III 2024
BACA JUGA:5 Kabupaten Penghasil Sawit Terbesar di Sumatera Selatan 2024 : Juaranya Bukan Musi Banyuasin !
Joko menyoroti pentingnya sustainability sebagai tantangan besar dalam memenangkan persaingan global. Label sustainability sering kali digunakan sebagai alat untuk kampanye negatif oleh pesaing.
Padahal, kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui.
Minyak kelapa sawit, misalnya, dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel secara massal, yang merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil.
BACA JUGA:Pemerintah Perkuat Hilirisasi Sawit di 2025 : Peluang Baru bagi Petani dan Pengembangan Biodiesel !
BACA JUGA:Kabar Gembira ! Dana Replanting Sawit Naik Dua Kali Lipat Menjadi Rp60 Juta Juta per Hektare