Dr. Ratna menjelaskan bahwa dalam kasus ini, Akmaludin kemungkinan besar mengalami akumulasi tekanan emosional akibat hinaan dan caci maki yang terus menerus diterimanya dari Ita.
Ketidakmampuannya dalam mengelola emosi dan perasaan sakit hati yang mendalam akhirnya mendorongnya untuk melakukan tindakan yang diluar nalar.
Dalam hubungan yang sehat, konflik biasanya diselesaikan melalui komunikasi yang baik.
Namun, dalam hubungan yang diliputi oleh perselingkuhan dan kebohongan, komunikasi sering kali menjadi tidak efektif, dan masalah yang ada justru semakin memperburuk situasi.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat mengenai pentingnya pendidikan dan dukungan psikologis dalam menghadapi konflik dalam hubungan.
Setiap individu perlu belajar bagaimana mengelola emosi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat penting dalam membantu seseorang keluar dari situasi yang sulit.
Terkadang, hanya dengan berbicara kepada orang yang dipercaya, seseorang dapat menghindari keputusan-keputusan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Tragedi yang menimpa Ita Anggraini adalah cerminan dari sisi gelap yang bisa muncul dalam hubungan yang tidak sehat.
Ketika cinta yang seharusnya membawa kebahagiaan justru berubah menjadi sumber penderitaan, hasilnya bisa sangat tragis.
Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga komunikasi yang baik dalam setiap hubungan dan pentingnya menghargai diri sendiri serta orang lain.
Sebagai masyarakat, kita juga perlu lebih peka terhadap tanda-tanda kekerasan dalam hubungan, baik itu verbal maupun fisik.
Mengabaikan tanda-tanda tersebut bisa berujung pada tragedi yang tidak diinginkan.
Dengan refleksi yang mendalam dan pembelajaran dari kasus ini, diharapkan kita dapat mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang.