Ketika diinterogasi, Akmaludin mengakui perbuatannya dan menceritakan motif di balik pembunuhan tersebut.
Menurut pengakuannya, tindakan ini dilakukan karena merasa sudah tidak tahan lagi dengan hinaan dan makian yang sering dilontarkan oleh Ita.
Dalam pengakuannya, Akmaludin juga menyatakan bahwa ia sebenarnya tidak berniat membunuh, namun emosinya yang tak terkendali membuatnya melakukan tindakan fatal tersebut.
Kapolres Ogan Ilir, AKBP Bagus Suryo Wibowo, menyatakan bahwa Akmaludin akan dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, juncto Pasal 365 ayat 3 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian.
Dengan jeratan pasal ini, Akmaludin terancam hukuman penjara selama 15 tahun. Kapolres juga menambahkan bahwa proses hukum akan berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan Akmaludin akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan pengadilan.
Kasus pembunuhan ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang cukup besar di lingkungan masyarakat.
Warga Desa Tanjung Seteko, tempat tinggal tersangka, merasa sangat terguncang dengan kejadian ini.
Mereka tidak menyangka bahwa Akmaludin, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang tenang, bisa melakukan tindakan sekeji itu.
Beberapa tetangga bahkan menyebut bahwa Akmaludin adalah orang yang ramah dan selalu membantu sesama.
Namun, hubungan gelap dengan Ita Anggraini rupanya membawa perubahan besar dalam kepribadian Akmaludin.
Di sisi lain, keluarga Ita Anggraini yang tinggal di Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Ilir, merasakan kehilangan yang amat besar.
Ita yang selama ini dikenal sebagai sosok yang periang dan pekerja keras, harus meregang nyawa di tangan lelaki yang seharusnya melindunginya.
Kepergian Ita meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama anak-anaknya yang kini harus hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.
Kasus ini juga menarik perhatian dari sudut pandang psikologis, terutama mengenai bagaimana perasaan cinta yang awalnya menggebu-gebu dapat berubah menjadi kebencian yang mematikan.
Psikolog klinis dari Universitas Sriwijaya, Dr. Ratna Devi, menyatakan bahwa dalam hubungan yang dilandasi oleh perselingkuhan, sering kali terdapat ketidakstabilan emosional yang ekstrem.
Hubungan yang dimulai dengan hasrat yang membara bisa dengan mudah berubah menjadi permusuhan ketika salah satu pihak merasa dikhianati atau tidak dihargai.