Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah rendahnya mutu produksi karet alam di Indonesia.
Meskipun demikian, Indonesia masih tetap menjadi pemain utama dalam industri karet global dan saat ini menduduki peringkat kedua sebagai produsen karet terbesar di dunia setelah Thailand.
Dalam industri karet, terdapat dua jenis utama karet yang diproduksi, yaitu karet alam dan karet sintetis.
Karet sintetis terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak bumi, batu bara, minyak, gas alam, dan acetylene.
Sementara itu, karet alam berasal dari tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang berasal dari Amerika Selatan.
Karet alam memiliki beberapa keunggulan yang sulit ditandingi oleh karet sintetis.
Salah satu keunggulannya adalah daya elastis atau daya lenting yang sempurna, yang membuatnya sangat berguna dalam berbagai aplikasi industri.
Selain itu, karet alam memiliki plastisitas yang baik sehingga mudah diolah, tidak mudah panas, dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.
Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi karet, industri ini juga menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu tantangan utama adalah fluktuasi harga karet di pasar internasional.
Harga karet yang tidak stabil dapat berdampak negatif pada pendapatan petani karet dan keberlanjutan perkebunan karet.
Selain itu, masalah mutu produksi karet juga menjadi perhatian.
Kualitas karet yang dihasilkan di Indonesia terkadang masih belum memenuhi standar internasional, sehingga nilai jualnya lebih rendah dibandingkan karet dari negara lain.
Hal ini menuntut adanya upaya peningkatan kualitas produksi melalui teknologi dan praktek pertanian yang lebih baik.
Perubahan iklim juga menjadi tantangan bagi perkebunan karet di Indonesia.
Perubahan pola curah hujan dan suhu dapat mempengaruhi produktivitas tanaman karet, terutama di daerah-daerah yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrim.