Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, mengalami penurunan.
Hal ini sebagian disebabkan oleh data ekonomi AS yang tidak memenuhi ekspektasi pasar dan pernyataan dari pejabat Federal Reserve yang memberikan sinyal adanya kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut.
“Dolar AS saat ini berada di bawah tekanan karena ketidakpastian terkait kebijakan moneter Federal Reserve dan data ekonomi yang kurang menggembirakan. Ini memberi ruang bagi mata uang emerging market, termasuk rupiah, untuk menguat,” kata seorang analis valuta asing di Jakarta.
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Senin 29 Juli 2024 : Menguat 15 Poin Menjadi Rp 16.301 per Dolar AS
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Jumat 26 Juli 2024 : Turun 38 Poin Menjadi Rp16.288 per Dolar AS !
Para analis memperkirakan bahwa pergerakan rupiah ke depan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik.
Sentimen pasar global, kebijakan moneter BI, dan perkembangan ekonomi domestik akan memainkan peranan penting dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah.
“Selama Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi dan investor asing tetap percaya pada prospek ekonomi Indonesia, kita dapat melihat tren penguatan berlanjut dalam jangka pendek,” tambah Budi Santoso.
Namun, penguatan rupiah ini perlu diwaspadai oleh pelaku pasar, terutama jika ada perubahan tiba-tiba dalam kebijakan moneter global atau ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar finansial.
Dengan penguatan yang tercatat pada Rp16.149 per dolar AS, rupiah menunjukkan sinyal positif yang diharapkan dapat berlanjut seiring dengan kebijakan ekonomi dan pasar yang mendukung.
Masyarakat dan pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan global dan domestik yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah ke depan.***